Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan

Kamis, 08 Desember 2016

Cerpen:(Bukan) wanita malam



Bukan wanita sebenarnya, namun keadaan lah yang terkadang memaksakannya untuk menjadi sedemikian adanya. Terkadang hidup memang tak sejalan, dan justru memaksakan peserta nya untuk berbuat dosa yang, bias di katakan cukup besar!
Inilah cerita yang akan membuat anda sadar, bahwa hidup tidak semudah menghindari dosa seperti apa yang di bayangkan selama ini. Menjual kehormatan hanya demi terjual nya satu unit mobil.. 

Veronica Rashel namanya, indah di dengarnya dan juga manis rupa wajahnya. Usia nya masih 19 tahun dan sudah sejak lama ia menekuni profesi ini, profesi yang terkadang memaksa nya untuk memakai pakaian transparan sehingga dengan mudah di lirik oleh mata jahil para lelaki.  Ya, sudah setahun ia bekerja sebagai pramuniaga mobil Toyota yang berada di bawah naungan PT Setiajaya Mobilindo. Biasa juga di sebut sales girl.  Kini, ia hanya bias meratapi nasib nya. Meratapi nasib nya sebagai wanita murahan korban pemerkosaan oleh pelanggan mobil nya sendiri, yang merupakan seorang boss penting di Jakarta.

Andai saja dahulu ia tidak ceroboh, menggadaikan kehormatannya hanya demi terjual nya satu unit Toyota Sienta ke tangan bos  tersebut.  Janin di dalam perut nya semakin membesar, dan akan tiba waktunya, bayi yang merupakan anak dari bos tuna norma tersebut lahir ke dunia ini tanpa seorang ayah. 

Andai saja, kejadian dan keputus asaan di ajang Gakindo Auto Show tidak terjadi, tapi ahh sudahlah! Semua sudah tejadi, dan biarkanlah ia menanggung nasibnya, menjadi bunting hingga anak itu lahir.  Gakindo Internasional Auto Show, sebuah pameran otomotif terbesar di Asia Tenggara, dan di sanalah Veronica menerima perintah dari bos untuk menjaga dan melayani pembeli yang datang ataupun yang hendak test drive di booth Toyota. 
Menjadi pramuniaga mobil bukanlah hal mudah. Tidak semua pengunjung yang datang tertarik dengan produk yang ia tawarkan, hingga ia teringat akan bonus besar yang akan di berikan oleh sang atasan apabila satu saja produk keluaran terbaru dari Toyota, yakni All new Sienta berhasil di jual oleh nya sebagai pramuniaga junior.   “Berapa cc nih, Sienta?” tanya seorang pemuda berusia sekitar 17 tahun yang menghampiri dirinya, “sama kan kayak Nav 1? Captain seat?”  “Ini 1.500 cc mas!” jawab Veronica dengan penuh semangat. “Bisa kok kalau mau test drive!” Hujan di luar yang terus membanjiri tanah Jakarta pun tidak menghentikan niat pemuda tersebut untuk menguji coba mobil yang di tawarkan oleh Veronica.  Namanya Erick.  “Papa saya mau ketemu sama mbak, bisa?” Erick datang kembali menemui Veronica di booth tersebut dua hari kemudian. Sama sekali tidak ada bau kebejatan di awal pertemuan mereka, hingga suatu ketika.  “Saya mau ambil satu unit, Sienta transmisi matic yang dua pintu nya sliding door. Dengan catatan, malam ini gadis harus menemani saya makan malam, lalu kita ke hotel Mercure Ancol! Malam ini kita miliki berdua saja!”

Laki laki memang bejad, namun bos Rocky jauh lebih bejad. Sudah 50 tahun namun masih sangat menyukai perawan macam Veronica yang masih sangat polos dan tidak berdosa.  “Kalau kamu mau,” lanjut bos Rocky, “besok saya minta supir saja, bang Parji untuk antar saya ke bank, ambil uang untuk melunasi Sienta pesanan saya! 250 juta cash.” 

Dia pikir uang bisa membeli segalanya, termasuk kehormatan seorang wanita. Namun ternyata benar, selama wanita itu goblok seperti Veronica, yang juga buta karena uang dan harta.    Benar saja, malam itu betul-betul Veronica di ajak masuk ke dalam Toyota Camry milik bos Rocky yang pada akhirnya mobil mewah seharga 500 Juta tersebut berjalan mengarah ke hotel mewah di Ancol.  Di hotel itulah kejadian dan rentetan tragedi produksi bayi hasil dosa itu terjadi, tragedy mengerikan dan tidak di impikan terjadi oleh wanita manapun di dunia ini. 


Malam itu, di kamar berukuran besar sebuah hotel mewah. Bos Rocky tertidur pulas dan puas di atas ranjang, sementara itu Veronica hanya bisa menangis sembari memegangi alat pengetes kehamilan yang berlambang kan positif. Uang ratusan juta yang berada di samping nya tak membuat air mata penyesalan itu berhenti menetes, meskipun uang tersebut sama sekali bukan uang pembelian satu unit mobil pesanan si biadab Rocky.  Kegoblokannya dan keteledorannya dalam menjaga harga diri dan martabat telah membuat nya menyesal seumur hidupnya, harus menjaga dan membesarkan anak dari si tuna norma tersebut. Perbuatannya yang banyak menghasilkan bisa dalam hidup nya, kini bisa tidak bisa harus ia pendam sendiri.

Selasa, 14 Juni 2016

SHORT STORY: Pontianak dan Jakarta (The meaning of best friend)

Bandara soekarno-hatta, tangerang-banten. Bulan Mei tahun 20...
Untung saja meskipun low budget flight, namun pesawat yang di naiki Yunian dari Pontianak menuju Jakarta tidak de lay. Yunian sedang mencoba mengikuti tes masuk universitas swasta yang terletak di Bandung, namun ia memilih untuk mengikuti tes tersebut di pontianak. Pengusaha muda tersebut sedang berniat untuk melanjutkan kuliah agar ijazah SMA nya tidak menjadi sarang laba-laba.. 
"Sampai juga di Jakarta, tinggal naik taksi deh," Yunian pun berjalan menuju ke antrean taksi berstiker bandara. Namun karena sudah tengah malam, tidak banyak taksi yang ada di sana. Ia pun berencana untuk mencari alternatif angkutan transportasi lain, namun juga tidak ada. 
30 menit ia duduk di kursi, sebuah mobil sedan putih pun berhenti tepat di depannya dan terbukalah kaca jendela penumpang depan, "dari pada naik taksi atau bus, enakkan juga naik mobil gua.." Figan, teman baik Yunian rupanya yang mengendarai mobil tersebut. Sengaja ia malam-malam pergi menjemput sahabatnya di bandara karena ia tau bahwa Yunian akan pulang dari pontianak menuju jakarta pada malam itu. 
"Ternyata dunia sempit juga ya bro," kata Yunian.. "Ngapain lu malam-malam begini?"
 "Gua lagi mau jemput teman gua, ya orang nya sih sampai sekarang belum juga punya pacar. Hobi nya travelling dan kadang orangnya tuh ngeselin.. Main poker sama gua kalah terus.. Kalau kalah pasti deh ngambek, terus teriak HALAH... HALAH,,!!" 
"Gua banget tuh," jawab Yunian, "nyindir ya..? Awas lu ya.."
"Udah, mending sekarang lu masuk deh, barang lu simpen deh di bagasi.." bagasi yang sudah terbuka secara otomatis, Figan pun berkata sambil membantu Yunian meletakkan barangnya di bagasi, "tapi lu yang nyetir ya, kaki gua pegal nih habis kena macet dari pas masuk tol priuk.."
"Okelah, beres bro.." kata Yunian. "Kuncinya mana?"
"Udah nyantol di dalam!"
"Oh iya ya, sama kayak lu yang udah nyantol di hati nya Rashel ya.." ledek Yunian yang memang kadang suka iseng. Mereka kenal sejak sebulan yang lalu, tepatnya di sebuah lembaga bimbingan belajar jaminan masuk perguruan tinggi negeri. Namun Yunian dan Figan sudah akrab dan berteman sangat baik, bahkan sudah seperti saudara sendiri.. 
"Ngomong-ngomong tumben pesawatnya gak de lay..?" tanya Figan yang duduk di sebelah Yunian, sementara itu Yunian tetap pada pandangannya ke kaca depan. 
"Ya biasa lah," jawab Yunian. "Pesawatnya juga sepi tadi, niat nya sih mau ngajak pramugari sama pilotnya main poker, tapi..."
"Takut di kira judi?" tanya Figan. "Emang di atas ada sat pol PP?"
"Takut pramugarinya naksir gua, ya gara-gara terpesona sama gua yang bisa ngalahin mereka main gituan. Lagian gua juga gak enak lagi kalau gua menang terus.. Tau sendiri gua gimana.."
"Gaya lu selangit!" Figan pun melanjutkan, "lu juga dulu blepotan, yang ngajarin kan gua.. Kalau ngeluarin kartu pertama kali langsung yang gede, gua kasih tau ehh lu nya ngeyel. Pas kalah yang ada lu malah ngomel gak jelas.."
"Iya juga sih, hehehe..." Yunian pun tertawa sedikit. "Tapi ngomong-ngomong gua belum bilang terimakasih secara langsung nih bro, sekarang gua ngomong nih.. Makasih ya.."
"Makasih buat apa?" tanya Figan. "Lu udah gua anggap sebagai saudara gua sendiri lagi, jadi lu gak usah sungkan deh sama gua.. Tapi, makasih buat?"
"Yang kemarin tuh..." kata Yunian, "yang pas waktu......____________)"
(FLASH BACK)
Sampai di tempat lembaga bimbel, tapi gak ada orang. Ternyata hari itu libur dan seluruh murid udah tau (padahal muridnya cuma 4, Yunian, Figan, Rashel sama figuran satu, hehehe...) kecuali Yunian. Simpel aja, gara-gara kemarin itu Yunian ada acara seminar bisnis di bandung (gaya amat bos).. 
Padahal hari itu adalah hari terakhir pendaftaran ujian masuk UI (Universitas Indonesia), kalau hari ini gak daftar percuma dong selama ini ikutan program bimbel sesuai saran dari pelanggan Yunian. 
Komputer di dalam, kunci gak ada. Kalau mau daftar mesti pakai komputer di dalam ruangan itu, soalnya data sama profil udah di input ke sana semua.. Namun tak lama kemudian gadget Yunian pun berbunyi pertanda ada pesan SMS masuk.. 
"Yan, lu stand by aja ya di sana.. Gua udah OTW, urusan daftar pakai komputer urusan gua, gua udah pegang kunci back up nya kok.." kata Figan melalui pesan singkat SMS. Meskipun Figan, Rashel dan adik-adik Figan berencana pergi ke puncak, namun Figan tetap menyempatkan untuk menemui Yunian di TKP.
Singkat cerita,,...
"Makasih banget ya, lu sama Rashel udah mau bantuin gua.." kata Yunian. "Pokoknya produk gua nanti gua kasih ke lu diskon deh.."
"Iya sama-sama," kata Figan. "Oh iya, kalau mau daftar kan mesti bayar tuh, nah kita ke ATM BNI yang di depan deh mending, nah Rashel sayang mending di sini aja sama adik-adik ipar.."
"Apaan sih, udah adik ipar aja deh," kata Rashel. "Yang ada calon kali sayang.." 
"Tapi gua gak ada kartu BNI nih, ATM gua BRI.. Emang bisa..?" tanya Yunian.
"Bisa, bisa banget.." kata Figan. "Ntar gua bayarin dulu pakai duit gua 200 ribu, habis kalau atm BRI jauh.."
Figan dan Yunian pun keluar dari ATM BNI setelah melakukan pembayaran atas nama Alphiandi Yunian.. Benar memang Figan yang meminjamkan uang sementara kepada Yunian untuk mendaftar ujian masuk UI. Dari pada cari ATM BRI kejauhan.
"Makasih banget ya bro, lu udah mau nalangin gua.." kata Yunian. "Lu emang pengertian banget, pasti uang nya gua ganti.. Tenang aja."
"Iya sama-sama," jawab Figan. "Kalau itu sih gampang, tapi gua sama Rashel sama adik-adik gua mau ke puncak nih, ikut deh mendingan..!"
"Waduh bukannya gak mau nih, tapi nanti sore gua mesti ke bandara. Gua kan mau ke pontianak nih," kata Yunian. "Sorry ya, lain kali aja gimana..?''
"Gak seru dong kalau lu gak ikut," kata Figan. "Tapi gak apa apa deh.."