Kamis, 07 April 2016

Wisata Jakarta: museum nasional dan monas

Beberapa waktu lalu, ane menyempatkan untuk mengunjungi beberapa icon yang cukup populer di Jakarta, sudah cukup lama namun baru terpikir untuk membagikannya ke publik... Maklum saja, tempo hari sudah cukup di bebani dengan tugas dan pengabdian yang luar biasa dan tak berujung, pengorbanan akan hati nurani yang tentu saja gak ane ulas di sini, cukup tuhan dan ane yang tau saja..
Ane memutuskan untuk menjadikan museum nasional sebagai destinasi pertama yang akan ane kunjungi, mengingat sudah cukup penasaran mengenai isi dari pada museum yang cukup terkenal tersebut. Tadinya ane juga berencana untuk pergi ke stasiun jakarta kota lalu naik KRL Commuter line jurusan Bogor dan turun di stasiun UI Depok, namun waktu yang tidak mendukung.. ";
Dari  halte bundaran senayan, naik bus transjakarta koridor 1 langsung ke halte monumen nasional, dari sana sudah terlihat dan hanya tinggal menyebrangi zebra cross untuk masuk ke museum nasional.. 
 Rasa penasaran ane sepertinya terbayar sudah begitu ane masuk dan melihat isi daripada dalam museum tersebut.. Rupanya cukup menarik di karenakan koleksi museum yang cukup beragam dan hampir mendeskripsikan banyak hal tentang Indonesia.. Yang membuat menarik lagi adalah pelataran museum yang bersih dan cukup terawat. Harga tiket masuk di hargai Rp 5.000 per tiket per orang pada hari biasa (dewasa). 
[caption caption="Rombongan anak sekolah dasar sedang berkunjung ke museum yang sama dengan yang ane kunjungi, mengingatkan ane pada saat SD di fajar innayoh dulu.."][/caption]
Di bawah pelataran museum, ane menjumpai anak-anak rombongan dari sekolah SD yang sedang berkunjung ke museum nasional, menggambarkan dari sudut pandang ane mengenai keterbelakangan pendidikan di Indonesia yang sama sekali tidak memberikan arahan dan dorongan tentang kewirausahaan kepada generasi muda, justru di didik untuk menjadi bawahan.. (melenceng). 
[caption caption="Tampak depan museum nasional Jakarta di Jl Merdeka barat."][/caption]
Singkat cerita yang sangat menarik perhatian ane adalah koleksi artefak zaman belanda, bahkan zaman kerajaan seperti pada zaman masih adanya kerajaan banten, di mana rakyat di sana di suruh untuk memberikan pajak hasil bumi maupun harta benda, dan banyak atau tidaknya harta yang mereka berikan untuk pajak di tentukan oleh sama atau tidaknya berat harta mereka dengan berat badan sang sultan banten. Koleksi yang cukup menarik berikutnya adalah kapal pinisi yang di buat oleh suku bugis di sulawesi pada zaman kolonial. Masyarakat bugis memang di kenal sebagai pelayar yang handal pada masa tersebut. 

[/caption]

 Cukup lama ane mengitari museum, ane pun memutuskan untuk melanjutkan ke monumen nasional atau monas yang ada di sebrang museum. Tadinya ane berencana untuk naik bus tingkat double dekker gratis ke masjid istiqlal untuk shalat, namun karena bus cukup lama akhirnya ane memutuskan untuk shalat di sebuah tenda yang di gunakan untuk shalat para pelaku demonstrasi dan petugas kepolisian. Hari itu kebetulan juga sedang di adakan demonstrasi di depan istana negara, namun karena jam istirahat makan siang, akhirnya baik para demonstran maupun polisi pun di sediakan tempat untuk shalat dan istirahat, dan ane memutuskan untuk ikut shalat di sana... 
Perjalanan pun ane lanjutkan menuju puncak pelataran monas, yang harus ane lakukan adalah jalan kaki cukup jauh karena ane datang tidak dari parkiran IRTI, kalau dari IRTI bisa naik angkutan gratis, karena ane datang dari dekat isatana merdeka, jadi terpaksa harus jalan kaki jauh dan memeras keringat! 
Untuk naik ke atas monas rupanya tidak se simple yang ane bayangkan, di mana hari biasa pasti sepi, ternyata its not true! Ane membeli tiket terlebih dahulu di loket, namun sepertinya ane mendapat tiket terakhir dan setelah ane dapat, tiket ke puncak monas habis. Itu semua di karenakan sedang banyaknya rombongan dari beberapa sekolah SD negeri yang melakukan kunjungan ke monas. Terbukti setelah ane dapat tiket, tiket habis oleh para rombongan. heheheee...!! 
Dari loket lalu ane berjalan kaki cukup jauh menuju ruang bawah museum proklamasi, lalu berjalan ke pelataran bawah. Rupanya, antrean sudah cukup membludak!! Dugaan ane mengenai anggapan bahwa hari biasa wisata di monas sepi itu salah! Rupanya sudah banyak para rombongan anak-anak SD yang mengantre di sana, damn! 
Ane bingung, sudah membeli tiket kalau pulang sayang! Rupanya ane cukup menerobos anak-anak SD itu dan antre di belakang antrean orang-orang yang tidak terlibat dari rombongan tersebut, alias masyarakat biasa (non rombongan). Rupanya ane tidak harus mengikuti antrean anak-anak SD itu dan tidak harus antre di antara para guru dan siswa SD itu, kalau memang harus, it's disaster and damn!
Cukup lama mengantre, akhirnya ane dapat masuk ke dalam lift untuk naik ke pelataran puncak monas, dari sana ane cukup senang karena ane dapat melihat keindahan kota Jakarta dari atas, bahkan laut ancol pun dapat terlihat dari sana. Yang cukup terlihat jelas dari puncak monas adalah gedung BCA Tower di Jl MH Thamrin dan Pulman hotel di Jl S. Parman grogol.
[caption caption="hh"][/caption]
Namun dari atas sana ane tidak merasa respek dengan beberapa guru SD yang membawa siswa-siswanya berkunjung ke sana, itu semua karena justru mereka memberikan contoh yang tidak baik kepada siswanya untuk melanggar aturan. Di mana kita semua tau bahwa dilarang makan dan minum di atas puncak monas, namun justru anak-anak SD di minta dengan tolol nya untuk berbagi makanan dengan teman-temannya... Kalau sudah begini, wajar saja generasi muda kita menjadi tidak baik! Mau di tegur, takut salah dan di kira merendahkan.. 
Selepas dari sana, ane memutuskan untuk singgah dan bersantai sejenak di pelataran cawan monas, dari sana juga cukup terlihat pemandangan kota Jakarta yang cukup indah dan memanjakan mata. Namun rupanya rencana ane untuk pergi ke kota tua untuk melihat stasiun kota tidak dapat terlaksana pada hari itu juga, karena waktu yang sudah semakin sore..