Kamis, 08 Desember 2016

Cerpen:(Bukan) wanita malam



Bukan wanita sebenarnya, namun keadaan lah yang terkadang memaksakannya untuk menjadi sedemikian adanya. Terkadang hidup memang tak sejalan, dan justru memaksakan peserta nya untuk berbuat dosa yang, bias di katakan cukup besar!
Inilah cerita yang akan membuat anda sadar, bahwa hidup tidak semudah menghindari dosa seperti apa yang di bayangkan selama ini. Menjual kehormatan hanya demi terjual nya satu unit mobil.. 

Veronica Rashel namanya, indah di dengarnya dan juga manis rupa wajahnya. Usia nya masih 19 tahun dan sudah sejak lama ia menekuni profesi ini, profesi yang terkadang memaksa nya untuk memakai pakaian transparan sehingga dengan mudah di lirik oleh mata jahil para lelaki.  Ya, sudah setahun ia bekerja sebagai pramuniaga mobil Toyota yang berada di bawah naungan PT Setiajaya Mobilindo. Biasa juga di sebut sales girl.  Kini, ia hanya bias meratapi nasib nya. Meratapi nasib nya sebagai wanita murahan korban pemerkosaan oleh pelanggan mobil nya sendiri, yang merupakan seorang boss penting di Jakarta.

Andai saja dahulu ia tidak ceroboh, menggadaikan kehormatannya hanya demi terjual nya satu unit Toyota Sienta ke tangan bos  tersebut.  Janin di dalam perut nya semakin membesar, dan akan tiba waktunya, bayi yang merupakan anak dari bos tuna norma tersebut lahir ke dunia ini tanpa seorang ayah. 

Andai saja, kejadian dan keputus asaan di ajang Gakindo Auto Show tidak terjadi, tapi ahh sudahlah! Semua sudah tejadi, dan biarkanlah ia menanggung nasibnya, menjadi bunting hingga anak itu lahir.  Gakindo Internasional Auto Show, sebuah pameran otomotif terbesar di Asia Tenggara, dan di sanalah Veronica menerima perintah dari bos untuk menjaga dan melayani pembeli yang datang ataupun yang hendak test drive di booth Toyota. 
Menjadi pramuniaga mobil bukanlah hal mudah. Tidak semua pengunjung yang datang tertarik dengan produk yang ia tawarkan, hingga ia teringat akan bonus besar yang akan di berikan oleh sang atasan apabila satu saja produk keluaran terbaru dari Toyota, yakni All new Sienta berhasil di jual oleh nya sebagai pramuniaga junior.   “Berapa cc nih, Sienta?” tanya seorang pemuda berusia sekitar 17 tahun yang menghampiri dirinya, “sama kan kayak Nav 1? Captain seat?”  “Ini 1.500 cc mas!” jawab Veronica dengan penuh semangat. “Bisa kok kalau mau test drive!” Hujan di luar yang terus membanjiri tanah Jakarta pun tidak menghentikan niat pemuda tersebut untuk menguji coba mobil yang di tawarkan oleh Veronica.  Namanya Erick.  “Papa saya mau ketemu sama mbak, bisa?” Erick datang kembali menemui Veronica di booth tersebut dua hari kemudian. Sama sekali tidak ada bau kebejatan di awal pertemuan mereka, hingga suatu ketika.  “Saya mau ambil satu unit, Sienta transmisi matic yang dua pintu nya sliding door. Dengan catatan, malam ini gadis harus menemani saya makan malam, lalu kita ke hotel Mercure Ancol! Malam ini kita miliki berdua saja!”

Laki laki memang bejad, namun bos Rocky jauh lebih bejad. Sudah 50 tahun namun masih sangat menyukai perawan macam Veronica yang masih sangat polos dan tidak berdosa.  “Kalau kamu mau,” lanjut bos Rocky, “besok saya minta supir saja, bang Parji untuk antar saya ke bank, ambil uang untuk melunasi Sienta pesanan saya! 250 juta cash.” 

Dia pikir uang bisa membeli segalanya, termasuk kehormatan seorang wanita. Namun ternyata benar, selama wanita itu goblok seperti Veronica, yang juga buta karena uang dan harta.    Benar saja, malam itu betul-betul Veronica di ajak masuk ke dalam Toyota Camry milik bos Rocky yang pada akhirnya mobil mewah seharga 500 Juta tersebut berjalan mengarah ke hotel mewah di Ancol.  Di hotel itulah kejadian dan rentetan tragedi produksi bayi hasil dosa itu terjadi, tragedy mengerikan dan tidak di impikan terjadi oleh wanita manapun di dunia ini. 


Malam itu, di kamar berukuran besar sebuah hotel mewah. Bos Rocky tertidur pulas dan puas di atas ranjang, sementara itu Veronica hanya bisa menangis sembari memegangi alat pengetes kehamilan yang berlambang kan positif. Uang ratusan juta yang berada di samping nya tak membuat air mata penyesalan itu berhenti menetes, meskipun uang tersebut sama sekali bukan uang pembelian satu unit mobil pesanan si biadab Rocky.  Kegoblokannya dan keteledorannya dalam menjaga harga diri dan martabat telah membuat nya menyesal seumur hidupnya, harus menjaga dan membesarkan anak dari si tuna norma tersebut. Perbuatannya yang banyak menghasilkan bisa dalam hidup nya, kini bisa tidak bisa harus ia pendam sendiri.

Rabu, 07 Desember 2016

Cerpen: Bunuh Diri..?

 Gambar terkait

Gak heran kalau Jakarta di cap sebagai kota ter macet di Asia Tenggara. Gak pagi, siang malam macet terus-terusan.. Apalagi buat orang yang ber profesi sebagai driver di perusahaan taksi online kayak gue, sebut saja Uber Indonesia. Sudah sekitar satu tahun gue jadi driver uber, ya tepat nya sejak gue mutusin untuk berhenti kuliah karena suatu alasan yang gak bakal gue jelasin di sini. Pahit manis gue rasain selama gue menjadi supir yang membawa mobil pribadi gue sendiri, aneh nya adalah justru orang lain yang numpang di mobil pribadi gue kok malah kayak bos ya..?
 Nama gue Aldrin Pradana, dan umur gue 18 tahun. Menjadi mitra driver uber emang udah menjadi pilihan yang gue ambil, dan otomatis lah gue udah harus menerima segala bentuk resiko nya ke depan. Mobil adalah sahabat terdekat gue, selain dua orang sahabat gue. Siapa lagi kalau bukan Regan sama Alvin, yang dari gaya nya aja udah ketahuan banget. Mereka anak-anak konglomerat semua, sama-sama anak komisaris perusahaan. Regan kini kuliah di Singapura, sementara Alvin kini sukses ngedapetin gebetan nya yang juga kuliah di kampus yang sama di Jakarta, Vania namanya. Nah gue, kapan ya..?  
 “Selamat siang mbak, destinasi nya ke Mall Ambasador kuningan ya?” tanya gue begitu salah satu penumpang masuk ke mobil gue, dan duduk di belakang.
 “Iya mas, cepetan ya!” jawab nya singkat.
 Apa-apaan nih..? Cepetan? Tuh penumpang suruh gue nganterin dia, dari showroom mobil Garansindo Jakarta di kebayoran lama, ke kuningan. Dia suruh cepetan? Udah gila apa ya..?Jam 8 pagi pula. Lu tau kan gimana jalanan dari kebayoran lama ke jalan kasablangka tiap hari Senin pagi? Biasanya gue normal kalau hari Minggu cukup 20 menit, kalau pagi hari senin ya otomatis biasa nya gue harus ngabisin waktu selama 1 jam an. Dan gue di suruh cepetan? Apa sebaiknya nih penumpang gue lempar sandal jepit aja ya?  
 “Iya!” jawab gue singkat. Gue pun kini berusaha mencari jalan pintas agar sampai tepat waktu, dan well done! Akhirnya gue sampai gak makan waktu 1 jam, cuma 45 menit an. God now save me!
 Gue emang baru setahun gabung di Uber, namun banyak banget cerita di dalamnya. Uber sendiri adalah perusahaan penghubung antara pengemudi atau pemilik mobil dengan penumpang. Basis nya di San Fransisco, Amerika Serikat. Tarif nya jauh di bawah taksi argo regular dan pasti nya memiliki banyak banget pengemudi hingga hari ini. Penghasilan sebagai pengemudi Uber itu sepenuhnya menjadi hak pengemudi, sementara perusahaan atau provider sudah mendapatkan fee dari setiap pemesanan yang masuk oleh penumpang. Syarat menjadi driver uber, kayak gue sih hanya menunjukkan KTP, SIM dan pasti nya STNK mobil pribadi atau rental.
 Malam itu, gue memutuskan untuk mangkal di salah satu jalanan yang agak sepi di daerah Depok. Belum lama gue parkir, orderan pun masuk ke gadget gue dan itu yang membuat gue dengan cepat mengemudikan mobil gue ke arah pelanggan yang masuk orderannya.
 “Antar gue ke jembatan di UI, cepat!” perintah tuh penumpang cewek. Akhirnya gue pun memutuskan untuk segera mengantar dia ke jembatan UI, tepat nya di atas danau.
 Gue sih sempat berpikir, mau ngapain dia malam-malam gini ke UI? Oh, palingan sih mahasiswa kelas karyawan. Tapi kalo dia karyawan part time, kok punya banyak uang buat bayar jasa uber? Biasanya pada naik angkot kalau model-model kayak gini..
 “Mbak, tas nya?” teriak gue begitu sadar kalau tas nya ia tinggal kan di mobil gue. “Uang nya juga kebanyakan, gak ada kembalian!”
 “Buat mas aja!” jawab nya sambil lari ke arah jembatan.
 Awal nya sih gue ngerasa biasa aja, hingga pada akhirnya..
 “Mbaakk!! Jangan loncat!” Dia mau loncat dari jembatan UI? Apes nya gak ada siapa-siapa di sana, dan itu lah yang membuat gue dengan TERPAKSA berusaha menahan tuh cewek stress..
 “Mbak, jangan mbak! Bahaya..” Ujar gue sambil menahan kaki nya yang hampir masuk ke danau dari atas jembatan.
 “Lepasin gue!” bentak dia. “Lu gak tau gimana rasanya jadi gue, harus mengandung anak dari laki-laki sialan itu!”
 “Mbak, mbak gak sendirian kok!” gue berusaha sok-sok an memberi pencerahan. “Hidup ini belum berakhir, meskipun mbak dan bayi mbak di kandungan di sia-sia kan sama laki-laki itu. Tapi percaya deh, di luar sana ada kok laki-laki yang sudah di takdir kan sama tuhan untuk menjadi bapak dari anak ini. Cinta itu gak memandang status kok..”
 “Beneran?”
 “Iya..”
 “Ya udah, kalau gitu mas mau gak nikahin gue..”
 Gue pun diem, makan rumput terus loncat-loncat. “Kalau gitu mending mbak loncat aja deh, saya ikhlas kok. Silahkan, dari pada saya yang kena damprat!”

END.  

Minggu, 27 November 2016

Cerpen: Karena cinta ada setelah kemapanan

Anak konglomerat seperti gue jatuh cinta..? Masalah, atau justru anugerah? Tapi kalau keuangan gak memadai jatuh cinta, baru masalah..

“Yang pasti, apapun yang terjadi gue tetap ada di belakang lu!” Regan seperti meyakinkan gue akan suatu hal, namun sesekali ia meminum segelas espresso panas yang ada di depan nya persis.
 Seperti biasa, sejak 2 bulan terakhir gue dan Regan selalu menikmati malam Sabtu sambil minum kopi di salah satu coffee shop di Jakarta Selatan. Kanawa Coffee and Munich namanya dan sudah menjadi tempat favorit gue dan Regan. Namun mungkin ini yang terakhir gue bisa minum kopi bareng sama Regan, karena suatu hal yang gak terlalu sepele dan juga gak terlalu penting sih.. .

“Minggu gue berangkat nih, ke Singapura.” Lanjut Regan.
 “Owh, bagus tuh..” Jawab gue singkat. “Cewe nya cakep-cakep loh..”
 “Iya sih, gue setuju!”  Ia minum secangkir kopi nya, menarik nafas lalu bicara lagi ke gue yang juga sama-sama sedang menikmati secangkir espresso panas. “Perasaan lu gimana nih tinggal jauh dari gue, temen deket lu?”
 “Biasa aja sih,” jawab  gue  singkat. “Nggak, ehh.. Maksud gue, lu tau kan gue orang kaya? Jadi gak masalah lah jarak Jakarta-Singapura buat gue, anggap lah kayak Jakarta-Bandung atau Jakarta-Bogor lah. Tiap minggu kita jogging bareng di Orchard, setuju?”
 “Gaya lu selangit, gue suka tapi nih!” Regan kini tertawa mendengar jawaban gue. “Coba aja gue kenal lu sejak di SMA dulu, lu nya sih dulu songong!”
 “Halah, sekarang juga.” Jawab gue.
  Ironis gak sih? Kalian sekolah di sekolah yang sama selama 3 tahun, bahkan duduk di kelas yang sama tapi justru gak begitu dekat, dan gak terlalu akrab. Justru kalian lebih akrab, dan deket banget pas kalian udah sama-sama lulus SMA. Pernah gak sih ngalamin kayak gitu sama salah satu temen sekolah lu? Itu dia kenapa gue bilang lucu banget, dan parah..  Gue menghabiskan masa SMA dengan bersekolah di sekolah yang sama dengan Regan, bahkan kita dulu satu kelas waktu kelas 3. Tapi kita berdua gak seakrab dan sedekat sebagaimana waktu kita udah sama-sama lulus SMA, dan jadi mahasiswa. Lu salah banget kalau lu kira kejadian gue dan Regan di kedai kopi itu udah sering kali terjadi sejak kita SMA! Bahkan gue negur Regan pun jarang banget, bahkan hampir di bilang gak pernah, sama sekali. Lucu nya, kedekatan gue sama Regan justru mulai muncul pas kita sama-sama udah lulus, gue juga bingung sih.
 Simpel aja sih, nama gue Alvin Pradana dan bagi gue, Regan bukan cuma sekedar temen deket, temen ngopi atau sahabat gue. Bagi gue, Regan udah kayak saudara gue sendiri, saudara kandung meskipun gue sama Regan mulai akrab justru pas udah lulus SMA. Menurut gue, jarak antara Jakarta-Singapura bisa banget di sama in dengan jarak Jakarta-Bandung. Beli tiket pesawat internasional juga menurut gue bukan persoalan yang perlu di pikirin, kayak beli tiket bis aja, menurut gue loh ya.. Lagi pula gue, kakak gue dan juga keluarga gue udah biasa kok beli tiket pesawat ke luar negeri H-1 keberangkatan, harga gak jadi masalah sama sekali buat gue ataupun keluarga gue. Jadi gak teralu problem lah buat gue untuk lari pagi di Orchard bareng Regan tiap minggu kalau emang dia jadi kuliah di sana. 
 Bapak gue namanya Sofyan Wijaya, lebih tepatnya DR Sofyan Wijaya S.E M.M. Pemilik sekaligus pimpinan perusahaan real estate di Jakarta dan Bali dan sudah punya banyak cabang perusahaan. Bapak gue juga merupakan investor dari beberapa proyek pembangunan di Indonesia yang sedang di jalankan oleh pemerintah. Pernah mencalonkan diri sebagai gubernur di DKI Jakarta, tapi gak jadi karena trauma dengan dunia politik sejak era presiden Soeharto. Gue sendiri memutuskan untuk tinggal di apartemen mewah di daerah Sudirman, yang dekat banget sama kampus gue.
 Bisa di bilang keluarga gue adalah keluarga konglomerat yang super kaya, gue juga bakal di daulat untuk memiliki perusahaan batu bara di Sumatera kalau gue udah lulus nanti. Jadi gak heran lah kalau bukan jadi masalah apabila gue lari pagi di Orchard tiap minggu bareng Regan. Gue dan Regan sebenarnya berada di dalam status social yang sama. Gimana nggak? Regan merupakan anak pemilik CC Bank, bank terbesar di Indonesia.
 “Yang pasti, satu!” ujar Regan sebelum kita berpisah di kedai kopi tersebut. Kini kami berdua sama-sama berada di parkiran mobil.
 “Apaan?” tanya gue.
 “Jangan lupa, kalau lu main ke Singapura lu ajak tuh gebetan lu!” kata Regan.
 Setelah nganterin Regan ke bandara, gue langsung ngebut pakai mobil kesayangan gue ke kampus. Gue udah gak sabar banget untuk ketemu sama cewek yang gue taksir, Vania. Entah kenapa sejak gue masuk kuliah, gue emang udah jatuh cinta dan sayang banget sama Vania, tapi juga entah kenapa gue mesti ketemu sama saingan gue, cowok yang kayak nya sama-sama suka sama Vania. Siapa lagi kalau bukan Figo, anak penjaga masjid yang dapat beasiswa di kampus gue. Sebagai salah satu mahasiswa terkaya di kampus, buat apa gue mesti mikirin harus saingan sama anak penjaga masjid buat dapetin Vania? Gak level kali.. Regan juga sering bilangin ke gue kalau gue gak seharusnya saingan sama orang yang gak sederajad dengan gue. Tapi masalahnya, dosen gue yang ngajar mata kuliah filsafat sempat bicara di kelas bahwa cinta gak memandang apapun, karena cinta melengkapi yang tidak sempurna. Di situ gue mulai panic. Gimana kalau meskipun miskin, tapi Figo punya cinta yang gak sesempurna gue? Bukannya cinta adalah melengkapi yang tidak sempurna? 
 “Hai Vania, lagi ngobrol sama Figo ya? Gue ganggu gak?” tanya gue di saat mereka berdua sedang ngobrol di kelas. Gue sebenarnya kesel banget tiap liat Figo berduaan sama Vania, tapi tetap berusaha gue tahan.
 “Ehh nggak kok.” Jawab Vania. “Duduk aja, nih kosong sebelah gue.”
 “Van, week end ini jalan bareng gue yuk, mau gak?” tanya gue seolah-olah gue mau ngajakin dia nonton, atau belanja. Padahal bukan, sama sekali..
 “Mau ke mana emang nya Vin?” tanya Vania. “Gue kosong kok week end ini.”
 “Hmm, ke Singapura yuk!”
 “Hah, serius lu?”
 Vania sedikit kaget, namun menurut gue kaget nya tidak sebanyak Figo yang menurutnya, tidak masuk akal menghabiskan waktu weekend dengan jalan-jalan ke luar negeri. Bagi anak seorang penjaga masjid seperti dirinya, mungkin ke luar negeri bisa menjadi salah satu cita-cita terbesar nya, namun bukan masalah bagi anak konglomerat seperti gue. 
 “Serius lah.” Jawab gue. “Mau gak? Kalau mau gue nanti pesenin tiket, atau kita bareng aja ke agen travel. Gue juga nanti pesenin hotel di sana, satu kamar di Marnia Bay, oke?”
 “Satu kamar sih?” tanya Vania. “Kita kan belum muhrim lagi, masa tidur sekamar?”
 “Dengerin gue dulu dong,” kata gue. “Lu di hotel, nah gue nanti tidur di apartemen nya temen gue yang kuliah di sana. Kebetulan apartemennya sebelahan kok sama hotel yang mau gue booking, gimana?”
 “Mau banget,” jawab Vania. “Makasih Vin, lu emang temen gue yang paling baik.”
 Koridor kampus begitu sepi saat jam mata kuliah berlangsung. Setelah Figo selesai dari kamar kecil, gue pun dengan sengaja menyenggol bahu nya dengan wajah sinis. 
 “Minggir lu” bentak gue.
 Figo pun terdiam membisu.
 “Kenapa? Lu ngerasa kalah ya saingan sama gue buat dapetin Vania? Gue tau, ngajak jalan ke monas aja lu mesti nabung sebulan kan? Beda lah kelas lu sama gue! Yang perlu lu tau, lu harus terima dengan lapang dada kalau di Universal Studio, gue bakal nembak Vania! Lu gak ada apa apa nya dari pada gue. Marbot masjid!”
 Mendengar kata terakhir gue, Figo pun terlihat emosi dan membentak gue dengan kasar. “Jaga omongan lu ya! Gue tau lu orang kaya, tapi gak seharusnya profesi bapak gue lu singgung juga! Gue gak masalah lu mau pacaran sama Vania karena gue sadar diri, tapi kalau lu mulai menghina keluarga gue, lu berhadapan sama gue!”
 “Ngomong sama pengacara gue, karpet masjid!” ujar gue sambil berlalu pergi tanpa mempedulikan teriakannya yang terus-terusan memanggil gue karena tersinggung.
 Sore itu, mungkin karena gue terlalu emosi dan kesal dengan Figo, cowok anak marbot masjid itu. Langsung saja gue serempet tuh anak pakai mobil gue, dia pun kepleset ke got di pinggir jalan dengan baju yang basah dan kotor.
 Jum’at sore, gue dan Vania tiba di bandara Changi, Singapura. Tepatnya di terminal kedatangan internasional. Gue menggandeng Vania dengan perasaan bahagia, bisa ngajak orang yang gue sayang jalan ke tempat yang bagus di luar Indonesia. Mungkin begitu lah yang biasa gue lakuin untuk bikin cewek yang gue sayang bahagia. 
 “Akhirnya lu datang juga!” ujar Regan begitu ketemu sama gue dan Vania di bandara. “Langsung jalan aja yuk, atau pada mau makan di mana nih?”
 “Gampang lah,” jawab gue. “Oh iya, Van. Nanti lu langsung ke hotel aja ya terus check in. Gue mau naruh barang dulu di apartemennya Regan. Nanti gue nyusul kok. Oh iya, by the way ini temen kampus gue yang kemarin gue ceritain, Vania namanya.”
 “Owh, Regan..” Kata Regan sambil menyodorkan tangannya.
 “Vania. Udah lama kenal sama Alvin?”
 “Ya gitu deh. Kita satu SMA kok..”
 Ternyata apartemen Regan jauh lebih mewah dari pada punya gue yang di Kuala Lumpur, gak percaya gue.. Regan pun langsung menekan tombol pada remot televise pintar nya, lalu mengambilkan gue dua kaleng root beer.
 “Emang saingan lu, tuh cowok gak apa-apa?” tanya Regan.
 “Halah, karpet masjid mah bisa apa?” jawab gue.
 “Yang jelas, tinggal selangkah lagi nih lu buat dapetin cinta nya!”
 “Gampang lah..” Jawab gue. “Makan yuk, gebetan gue udah laper nih kayak nya..”
 Sabtu pagi di Singapura bisa di bilang beda banget dengan di Jakarta. Ya bisa lah ketebak di mana beda nya. Beberapa toko super mewah dan elit sudah mulai buka pada jam 8 pagi untuk melayani pembeli. Sementara itu jalanan di sana sudah mulai ramai oleh kendaraan bermotor, terutama di Orchard Road. Terlihat jelas suasana para wisatawan antar negara yang berwisata dengan menggunakan bus tingkat maupun jalan kaki di negara tersebut. Tidak heran apabila di sebut sebagai Fine City. 
 “Vania, sebenarnya gue sayang banget sama lu!” gue kini mencoba jujur dengan perasaan gue. “Itu lah alasan kenapa lu gue ajak kemari, karena di sini gak bakal ada yang ganggu kita. Apalagi si Figo itu, gak mungkin ! Gue sayang sama lu Van, gue suka sama lu sejak awal kuliah dulu. lu mau gak jadian sama gue?”
 “Alvin, dengerin gue deh.” Vania kini tersenyum setelah mendengarkan gue. “Gue juga suka sama lu kok, gue sayang banget sama lu. Gue udah tau tujuan lu ngajak gue kemari selain buat kenalin gue ke temen lu itu kok. Tapi sebelum kita jadian, gue mau lu lakuin sesuatu.”
 “Apa?”
 “Lu minta maaf ya sama sahabat gue. Bagi gue soalnya, sahabat itu di atas segalanya. Boy friend is nothing when best friend is every thing!”
 “Beres, emang nya siapa?” tanya gue.
 “Figo. Gue mau lu baikkan sama dia, dan temenan baik sama dia..”
 Is this the end..?
Cinta itu nggak memandang apapun, karena cinta melengkapi yang tidak sempurna..




Minggu, 20 November 2016

Senin, 03 Oktober 2016

Tugas penulisan bahasa iklan 1

Krisyunian Yasir Pradana ( 13616960)/ Krisyunian2906@gmail.com
1SA05
Advertisment
What is advertisment?
First, did you know what is Advertisment before we discuss more about advertisment? Advertisements are messages paid for by those who send them and are intended to inform or influence people who receive them, as defined by the Advertising Association of the UK.
An advertisement is a piece of content that Commerce Server delivers on a Web site based on a specific formula for delivery referred to as Need of Delivery (NOD), The Content Selection Framework (CSF) processes the variables that you specify for an advertisement: campaign goaling, exposure limit, schedule, weight, page groups, and target expressions. Every time that a customer visits your site, the CSF determines whether to display the advertisement. Advertisment is also the action of making generally known; a calling to the attention of the public. Or also can be a paid announcement, as of goods for sale, in newspapers or magazines, on radio or television, etc.
Kinds of advertisment that we already know.
1.      Gunn's first format is the "demo." This is a visual demonstration of a product's capabilities. You've seen hundreds of demo ads on late-night TV, for things like kitchen knives (watch it slice through that tin can!) and stain removers (it can't possibly erase that red wine blotch—and yet!). Some of the ads introducing Apple's iPhone are just straight-up demos, pointing out the product's features as the viewer looks on.
2.      The second format is "show the need or problem." First, you make it clear that something's not up to snuff in the consumer's life. Then, you introduce the remedy—which is, of course, the product you're selling.
3.      Traditional Modes of Advertising. Advertising makes use of several tools and techniques to attract the customers outdoors. The most common examples of outdoor advertising are billboards, kiosks, and also events and trade-shows organized by a company. For instance, an advertisement in a relatively new and less popular newspaper will cost far less than an advertisement in an established newspaper that has a high readership. The price of print ads may also depend upon quality of the paper and the supplement in which they appear. Radio advertising is one of the oldest forms of advertising. In the early 20th century, as radio began to take center stage in a lot of American homes.
4.       Modern Types of Advertising. Surrogate advertising is prominently seen in cases where advertising a particular product is banned by law. Today, we know that many public service advertising has been increasingly used in a non-commercial fashion in several countries across the world in order to promote various social causes. In the United States, radio and television stations are granted to bidders on the basis of a fixed amount of public service advertisements aired by the channel. Covert advertising is a unique kind of advertising, in which a product or a particular brand is incorporated in some entertainment.
5.      Mail shot. a letter or advertisement sent to many people at the same time.

The long story of advertisment. (History of advertisment).
The evolution from steel to digital took many turns along its way, such as print fliers hoping to get young men to fight in the Revolutionary War, billboards spurred by the rise of automobiles, electric banner ads following the invention of the light bulb (Times Square's first went up in 1882) and direct marketing with the nascent postal service.

2000 BC: Outdoor advertisment was found by the Egyptians.
1661: The first tooth gel product advertisment was developed.
1882: New York City is the city which installed the fisrt electric advertisment in the world. 
1941: First advertisment on TV.
1981: MTV was launch, and after that so many advertisment which displays famous actor.
1994: Pay per click keyword advertisment was launch. Debut was at GoTo.com (Yahoo.com)
2000: Google ad word
2007 until now: Facebook inc was start to be famous and so many people know facebook as social media, which can be able to more easy make good advertisment. After that, online advertisment be the first choice which choosen by businesses people to promote their product.
Terms writting advertisment
Now, is that any therm which must be able if we want to make some advertisment? Every Advertisement must comply with and is subject to these terms and conditions as well as other relevant terms (as available at www.newscorpaustralia.com), space or insertion orders (or other written agreements between the parties including any Advertising. Expenditure Agreements), additional relevant terms as published or notified by the relevant. Advertisment is also must have publisher who owns and retains all copyright and other intellectual property rights in relation to any advertisements produced by publisher or any materials provided by Publisher for use in an advertisement. Advertiser obtains no rights in relation to those advertisements produced by any publisher or in relation to content from any Publisher. This clause does not in any way derogate from Advertiser’s obligations or liabilities in relation to such Advertisements.
Every proposal for the distribution of sample material is subject to Publisher’s approval and publisher may at its absolute discretion at any time refuse to distribute any sample material without giving any reason.
Publisher may, without prior notice to Advertiser, refuse or cease to distribute any sample
material, if Publisher reasonably perceives such material to be:
a. in breach of any applicable law or regulation,
b. likely to attract legal claims or proceedings of any kind; or
c. offensive.
Publisher makes no representation or warranty as to the number of the relevant publication to be distributed on any particular day or that every copy of the relevant publication will be provided with a sample but will take reasonable steps to ensure that the sample and the relevant publication are distributed together.

Cerpen: Gak jadi di bentak bentak

Well, ini asli. Ini beneran kisah nyata dan gue sama sekali gak ngarang, jadi kalau misalkan menurut lo kurang menarik nih cerpen gue yang satu ini, wajar aja karena ibarat kata gue bikin nasi goreng tanpa sedikitpun gue tambahin bumbu gak jelas!  Ceritanya, pada suatu pagi dan seperti biasa, sebelum gue berangkat ke kampus untuk kuliah, gue ngabarin sahabat gue dulu yang namanya Regan (nama non asli, gue belum berani ngasih tau siapa sahabat gue karena gue belum ijin ke dia...!!). Dan gue pun memutuskan untuk jemput si Regan ke tempat kost nya dan agar supaya kita bisa bareng berangkat ke kampus. Ya  menurut lu, gue ngerasa di repotin..?? Jawabannya, NO!!!! Jujur aja, apalagi buat sahabat gue sendiri, gak pernah gue ngerasa repot kalau gue bantuin dia, karena kalau gue repot ya tinggal gue kabur aja... Kagak gue bantuin, gampang kan?..  Singkat cerita kalau lu mau tau, gue adalah orang yang sepertinya sangat alergi, atau mungkin fobia dengan yang namanya di bentak bentak oleh siapapun. That's why gue sama sekali gak suka di bentak, apalagi di caci maki. Mungkin bahkan orang tua gue sekalipun gak pernah sadar kalau gue gak bisa dan gak pernah sudi di bentak. Tapi entah kenapa gue merasa ada di satu momen, di mana sahabat gue yang justru tau tanpa gue kasih tau kalau gue itu orang yang tipikal gak suka di bentak. Dan berkat dia lah gue jadi selamat dari bentakan yang terkutuk.. Hehehe..,  Ceritanya gini nih..  Pagi ini gue jalan dari rumah, and gue memutuskan untuk jemput sahabat gue di tempat kostnya. But begitu gue masuk gang, he said "Kris, tunggu aja di luar gerbang. Jangan masuk!"  Dia nyuruh gue tunggu di gerbang, dan gue gak boleh masuk ke dalam rumah kost nya dia untuk sekedar istirahat habis bawa kendaraan, ataupun ngaso bentar ataupun numpang ke kamar mandi. Atau ngadem. Dia nyuruh gue nunggu di luar?? WHATTT!!! Gue cuma mikir, apa gue di kerjain ya sama tuh anak? Dan gue jadi ngerasa kayak driver taksi online yang di suruh nunggu di depan sambil nungguin penumpang redi.  Sekitar 15 menit an gue nungguin dia, dan Regan belum juga keluar dari tempat kost nya. "Emang kenapa sih kalau gue masuk?" tanya gue gitu via Line. And he said "ntar dah gue ceritain.." Wah, gue semakin panik nih. Gue ngerasa aneh, kenapa gue di suruh nunggu di luar ya? Emang di dalam ada apaan? Ada buaya? Atau ada kadal? Gue gak takut kelessss...  Gue pun mulai muncul dalam pikiran hal hal yang gak ngenakin, termasuk gue curiga kalau Regan lagi ngerjain gue. And it's all wrong bro! Regan pun akhirnya keluar rumah, bareng sama temen satu kampus kita. Jadi kita bertiga sekarang ada di pinggir jalan.  Otomatis dong gue langsung aja tanya, "ini maksudnya apa ya gue di suruh nunggu di luar?" Regan pun langsung cerita, ya cerita juga di lanjut sama temen sekampus kita yang namanya Erick (nama non asli).  Jadi cerita nya gini, pada waktu malam minggu. Gue, Regan, Erick dan ada dua temen kita lagi yang nongkrong di kosannya Regan, tapi berhubung gue takut kemaleman akhirnya gue pulang duluan. Dan begitu gue pulang, mereka gak lagi main laptop, melainkan ngelanjutin main kartu poker di kamar Regan, dan karena mereka ke asyikan akhirnya mereka pun main sampai tengah malam dan di bentak sama ibu kos nya Regan. DI BENTAK BRO!! DI BENTAK... Dan di usir lah temen temen kita oleh si ibu kos tersebut.  Gue sama sekali gak tau, dan pada senin pagi nya pada saat Erick mampir ke kosannya Regan (sekalian jalan, sekalian lewat), si Erick kena damprat di bentak (lagi) sama si ibu kos tersebut. Ya mungkin karena ibu kos takut terjadi hal hal yang mengarah ke perjudian.  Berhubung si ibu kos gak hafal muka muka yang main di kamar Regan tempo hari, dan Regan, sahabat gue. Eh salah deh, maksud gue Regan saudara gue takut gue ikut ikutan di bentak sama si ibu kos, akhirnya gue di suruh nunggu di luar aja.. Jadi intinya Regan gak mau gue shok dan gue panik karena gue nantinya bakal di bentak sama si ibu kos. Regan sengaja ngumpetin gue supaya gue kagak di maki maki. Dan gue emang gak suka dan gak bisa di maki maki begitu aja.. So, dari kejadian ini gue merasa kalau sahabat adalah orang yang bisa ngertiin kita, orang yang bisa ngerti dan paling ngertiin gue. Sahabat gue dan bukan pacar. Dan di sinilah alasan kenapa gue merasa bahwa gue gak butuh pacar, karena di saat gue menganggap Regan, sahabat gue sebagai saudara gue sendiri, gue gak bakal bisa menganggap Regan sebagai "mantan". Why? EMANG NYA LU PERNAH DENGER, MANTAN ADIK, MANTAN KAKAK, MANTAN ORANG TUA???? But, sebagaimana pun gue deket sama pacar gue, nanti nya juga bakal jadi mantan, berapa persen sih pasangan yang pacaran sejak kuliah, hingga usia 30 tahun langgeng amat, terus nikah? Berapa persen hubungan yang awet nya sampai puluhan tahun?? And, lu ngaku pacar lu, cewek lu adalah orang yang paling ngertiin lu?? Coba deh lu ajak pacar lu naik vespa tahun 61, terus mogok di jalan terus hujan kayak lagu nya naif yang piknik 72. Kalau lu kagak di maki maki, kagak di bentak bentak, gak di omelin dan pacar lu gak marah marah kayak orang kesurupan. LANGSUNG NIKAHIN!! Kecuali, usia 18 tahun, kenal, pendekatan langsung nikah. Terus pacaran setelah menikah. Lain cerita dehhh....  

Selengkapnya : http://fiksiana.kompasiana.com/krisyuniaan/gak-jadi-di-bentak-bentak_57f24341149373f70c3347dd

Sabtu, 01 Oktober 2016

Gak ada yang namanya kebetulan (self short story)

Nama lengkap gue Krisyunian Yasir Pradana, gue laki-laki dan sekarang gue terdaftar sebagai mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta, dan juga jualan makanan ringan di instagram. dan kali ini gue akan memberikan judul untuk postingan ini, yaitu "Gak ada yang namanya kebetulan!" Sejujurnya, gue adalah tipikal orang yang percaya dengan adanya takdir, dan gue pun yakin bahwa semua yang terjadi di dunia ini, bahkan gelas jatuh dan menumpahkan seluruh isinya pun tidak akan dapat terjadi apabila tidak ada campur tangan dari tuhan yang maha esa. That's why, gue percaya bahwa apa yang gue alami belakangan ini bukanlah suatu kebetulan, melainkan tuhan udah mengatur segalanya. Segalanya, ya! Termasuk di mana gue ketemu pertama kali dengan sahabat gue, pasti tuhan udah ngatur sedemikian rupa sehingga gue bisa merasa punya saudara kandung, meskipun kita lahir dari orang yang berbeda.  Tulisan ini berdasarkan opini gue pribadi ya, maksudnya sama sekali gak ada dari sudut pandang siapapun, termasuk sahabat gue yang kayaknya bisa gue anggap sebagai suadara gue sendiri..  Langsung aja deh, jadi cerita nya di mulai waktu seminggu sebelum gue masuk kuliah awal tahun akademik 2016, dan saking bego nya gue dan saking malesnya gue, gue pun gak tau sama sekali kapan gue harus masuk kuliah, kapan gue harus ospek dan jam berapa serta di kampus manakah gue masuk pertama kali untuk kuliah. Padahal di web site kampus udah di posting mengenai daftar mahasiswa berdasarkan kelas nya, tapi gue sama sekali gagal paham. Haduuuuhhhh....!! Gue pun semakin males buat cari informasi, habisnya gue bingung mau cari info ke mana. Itu semua di karenakan gue waktu pertemuan awal mahasiswa baru di bulan puasa, gue tidur dan sama sekali gak nyimak. Padahal kalau gue nyimak, pastinya gue akan tau jadwal pasti nya dan di web site mana gue harus cari informasi.  Di situlah gue mengharapkan adanya kasih sayang tuhan, dan juga keajaiban dari tuhan yang maha esa. Gue pun berdoa sehabis shalat sunnah agar tuhan memberikan gue petunjuk, dan begitu gue selesai sholat dan gue baca time line twitter secara iseng, gue pun nemuin akun twitter seseorang yang lagi mention ke akun twitter nya official kampus gue, dan di situ dia juga bilang kalau dia satu jurusan sama gue, sama sama jurusan sastra. Dan well, gue tau bahwa gue harus tanya ke dia dan siapa tau dia tahu mengenai info nya, di situ dia juga nulis ID Line nya..  Kalau kalian mau tau, gue introvert, dan sulit buat gue untuk membuka obrolan dengan orang baru. But, i doesn't have any option, selain gue tanya ke mahasiswa tersebut yang mana ternyata secara "kebetulan", dia satu kelas sama gue. Gue pun memberanikan diri untuk menghubungi dia via Line, dan akhirnya gue yang introvert ini pun sukses membuka obrolan dengannya. Ya kurang lebih gue ngirim "Sorry bro, lu mahasiswa baru angkatan 2016 juga ya? Gue mau tanya dong, kalau boleh tau, kita mulai masuk kapan ya..?" begitulah pesan yang gue tulis ke dia via Line. But, KALAU BOLEH TAU...? What's amazing text is that? And why i'm choose to ask KALAU BOLEH TAU???  "Lu kode kelas apaan men?" nah, dia nulis begini asli ke gue, kode kelas apa ya?? Gue bingung. But, he send me a message again, not a message, but picture  daftar nama mahasiswa jurusan sastra kelas 1SA05, which he screen shot from the web site, and he said to me, "ada nama lu gak?" "Ada," gue jawab, "nomer 19!" "Selamat, kita sekelas men..!" dia jawab begitu, dan in that momment, gue jadi ngerasa akrab sama dia. Lalu dia pun ngasih tau ke gue segala yang dia tau dari web site, kepada gue yang sama sekali gak tau apa apa, termasuk web site tempat di mana gue mesti cari informasi...  Seminggu pun berlalu dan saatnya gue masuk kuliah, and in that time i think that i can meet my best friend, oh, i mean my brother..  Habis dari parkiran gue pun ke mini market sebelah kampus, and when i was wait for the payment, sahabat gue yang gue belum berani postingin identitasnya, (karena gue belum ijin..), he was line me, "bro, udah di mana..?"  Gue pun jawab, "gue lagi di laws*n, beli pulpen sama minum, lu di mana..? Udah sampe bro?" "Gue di gerbang depan," he said that.  Singkat cerita gue pun ke gerbang dan duduk di bawah pohon yang ada kursinya, di sebelah persis ada mahasiswa juga yang lagi main HP. Gue pun bingung, tuh anak yang mana ya..? Gue pun memutuskan untuk line dia lagi, "lu pake baju apaan?" gitu gue tulis, and sekejab setelah gue nge line, HP mahasiswa yang duduk di sebelah gue bunyi and after that.. "Lu Krisyunian ya..?" he said that. (Perumpamaan, nama dia adalah Regan. Nama non asli..) "Ehh, iya.." jawab gue. "Lu Regan kan ya?"  Ya, satu lagi yang bikin gue bilang bahwa gak ada yang namanya kebetulan di dunia ini. Gue duduk di sebelah Regan, tanpa gue sadari bahwa yang duduk di sebelah gue adalah Regan yang kemarin-kemarin sering ngobrol asik sama gue via Line.. Hal seperti itu pasti udah di rencanain sama tuhan yang maha esa. Termasuk pertemuan gue, pertemuan perdana gue sama sahabat gue, Regan. Segala hal yang terjadi, termasuk di mana pas banget gue nemuin akun nya Regan di twitter dan pas banget gue juga bisa hubungin dia via Line, dan ternyata yang gue ketemu di twitter itu satu kelas sama gue. Itu semua, kebayang gak sih? Udah di atur pas dan rapi banget sama tuhan. Gak ada yang namanya kebetulan...  Akhirnya gue sama Regan pun masuk ke dalam kelas, jam pertama yaitu mata kuliah tata bahasa. Dosen gak ada dan gue sama Regan bisa ngobrol banyak, termasuk tempat dia nge kost dan cerita dia sewaktu masih tinggal di sekolah pesantren waktu SMA.  Hari ke dua kuliah, (H-1 OSPEK) Selesai mata kuliah terakhir, yaitu kosa kata pada jam 2 siang. Gue menawarkan diri untuk ngasih tebengan ke Regan, kali aja searah jadi bisa bareng.. "Tapi gue mau cari buku dulu di pondok cina," kata dia gitu. "Beres, gue tungguin deh kalau lu mau bareng gue," jawab gue.  Singkat cerita sebagaimana dosen di jam terakhir tadi bilang, bahwa pertemuan selanjutnya semua wajib bawa kamus oxford yang tebel. Di mana apes nya gue beli di gramedi* dengan harga 300 ribu, sementara Regan sama beberapa mahasiswa lain beli di toko buku bekas dengan harga cuma 80 ribu. Huuuhh...  "Lu mau langsung balik bro?" tanya gue. "Gue mau beli topi di depok town square," kata gue. Dan akhirnya, sambil nyelam minum air, sambil jalan pulang dapat pahala. Gue drop aja si Regan di depok town square dengan senang hati.  "Thank's ya men, sampe besok!" kata Regan ketika turun dan mau nyebrang naik JPO. 


 KRISYUNIAN YASIR PRADANA 
Facebook: Krisyunian Yasir Pradana 
Instagram: @Krisyunian2906 
Twitter: @KrisyunianYp
 Youtube: Krisyunian yasir 
Blog: Amazingtrip296.blogspot.com 

English lutterature, Gunadarma 2016

Selengkapnya : http://fiksiana.kompasiana.com/krisyuniaan/gak-ada-yang-namanya-kebetulan_57f095362bb0bd2a08c0b9f9

Selasa, 14 Juni 2016

SHORT STORY: Pontianak dan Jakarta (The meaning of best friend)

Bandara soekarno-hatta, tangerang-banten. Bulan Mei tahun 20...
Untung saja meskipun low budget flight, namun pesawat yang di naiki Yunian dari Pontianak menuju Jakarta tidak de lay. Yunian sedang mencoba mengikuti tes masuk universitas swasta yang terletak di Bandung, namun ia memilih untuk mengikuti tes tersebut di pontianak. Pengusaha muda tersebut sedang berniat untuk melanjutkan kuliah agar ijazah SMA nya tidak menjadi sarang laba-laba.. 
"Sampai juga di Jakarta, tinggal naik taksi deh," Yunian pun berjalan menuju ke antrean taksi berstiker bandara. Namun karena sudah tengah malam, tidak banyak taksi yang ada di sana. Ia pun berencana untuk mencari alternatif angkutan transportasi lain, namun juga tidak ada. 
30 menit ia duduk di kursi, sebuah mobil sedan putih pun berhenti tepat di depannya dan terbukalah kaca jendela penumpang depan, "dari pada naik taksi atau bus, enakkan juga naik mobil gua.." Figan, teman baik Yunian rupanya yang mengendarai mobil tersebut. Sengaja ia malam-malam pergi menjemput sahabatnya di bandara karena ia tau bahwa Yunian akan pulang dari pontianak menuju jakarta pada malam itu. 
"Ternyata dunia sempit juga ya bro," kata Yunian.. "Ngapain lu malam-malam begini?"
 "Gua lagi mau jemput teman gua, ya orang nya sih sampai sekarang belum juga punya pacar. Hobi nya travelling dan kadang orangnya tuh ngeselin.. Main poker sama gua kalah terus.. Kalau kalah pasti deh ngambek, terus teriak HALAH... HALAH,,!!" 
"Gua banget tuh," jawab Yunian, "nyindir ya..? Awas lu ya.."
"Udah, mending sekarang lu masuk deh, barang lu simpen deh di bagasi.." bagasi yang sudah terbuka secara otomatis, Figan pun berkata sambil membantu Yunian meletakkan barangnya di bagasi, "tapi lu yang nyetir ya, kaki gua pegal nih habis kena macet dari pas masuk tol priuk.."
"Okelah, beres bro.." kata Yunian. "Kuncinya mana?"
"Udah nyantol di dalam!"
"Oh iya ya, sama kayak lu yang udah nyantol di hati nya Rashel ya.." ledek Yunian yang memang kadang suka iseng. Mereka kenal sejak sebulan yang lalu, tepatnya di sebuah lembaga bimbingan belajar jaminan masuk perguruan tinggi negeri. Namun Yunian dan Figan sudah akrab dan berteman sangat baik, bahkan sudah seperti saudara sendiri.. 
"Ngomong-ngomong tumben pesawatnya gak de lay..?" tanya Figan yang duduk di sebelah Yunian, sementara itu Yunian tetap pada pandangannya ke kaca depan. 
"Ya biasa lah," jawab Yunian. "Pesawatnya juga sepi tadi, niat nya sih mau ngajak pramugari sama pilotnya main poker, tapi..."
"Takut di kira judi?" tanya Figan. "Emang di atas ada sat pol PP?"
"Takut pramugarinya naksir gua, ya gara-gara terpesona sama gua yang bisa ngalahin mereka main gituan. Lagian gua juga gak enak lagi kalau gua menang terus.. Tau sendiri gua gimana.."
"Gaya lu selangit!" Figan pun melanjutkan, "lu juga dulu blepotan, yang ngajarin kan gua.. Kalau ngeluarin kartu pertama kali langsung yang gede, gua kasih tau ehh lu nya ngeyel. Pas kalah yang ada lu malah ngomel gak jelas.."
"Iya juga sih, hehehe..." Yunian pun tertawa sedikit. "Tapi ngomong-ngomong gua belum bilang terimakasih secara langsung nih bro, sekarang gua ngomong nih.. Makasih ya.."
"Makasih buat apa?" tanya Figan. "Lu udah gua anggap sebagai saudara gua sendiri lagi, jadi lu gak usah sungkan deh sama gua.. Tapi, makasih buat?"
"Yang kemarin tuh..." kata Yunian, "yang pas waktu......____________)"
(FLASH BACK)
Sampai di tempat lembaga bimbel, tapi gak ada orang. Ternyata hari itu libur dan seluruh murid udah tau (padahal muridnya cuma 4, Yunian, Figan, Rashel sama figuran satu, hehehe...) kecuali Yunian. Simpel aja, gara-gara kemarin itu Yunian ada acara seminar bisnis di bandung (gaya amat bos).. 
Padahal hari itu adalah hari terakhir pendaftaran ujian masuk UI (Universitas Indonesia), kalau hari ini gak daftar percuma dong selama ini ikutan program bimbel sesuai saran dari pelanggan Yunian. 
Komputer di dalam, kunci gak ada. Kalau mau daftar mesti pakai komputer di dalam ruangan itu, soalnya data sama profil udah di input ke sana semua.. Namun tak lama kemudian gadget Yunian pun berbunyi pertanda ada pesan SMS masuk.. 
"Yan, lu stand by aja ya di sana.. Gua udah OTW, urusan daftar pakai komputer urusan gua, gua udah pegang kunci back up nya kok.." kata Figan melalui pesan singkat SMS. Meskipun Figan, Rashel dan adik-adik Figan berencana pergi ke puncak, namun Figan tetap menyempatkan untuk menemui Yunian di TKP.
Singkat cerita,,...
"Makasih banget ya, lu sama Rashel udah mau bantuin gua.." kata Yunian. "Pokoknya produk gua nanti gua kasih ke lu diskon deh.."
"Iya sama-sama," kata Figan. "Oh iya, kalau mau daftar kan mesti bayar tuh, nah kita ke ATM BNI yang di depan deh mending, nah Rashel sayang mending di sini aja sama adik-adik ipar.."
"Apaan sih, udah adik ipar aja deh," kata Rashel. "Yang ada calon kali sayang.." 
"Tapi gua gak ada kartu BNI nih, ATM gua BRI.. Emang bisa..?" tanya Yunian.
"Bisa, bisa banget.." kata Figan. "Ntar gua bayarin dulu pakai duit gua 200 ribu, habis kalau atm BRI jauh.."
Figan dan Yunian pun keluar dari ATM BNI setelah melakukan pembayaran atas nama Alphiandi Yunian.. Benar memang Figan yang meminjamkan uang sementara kepada Yunian untuk mendaftar ujian masuk UI. Dari pada cari ATM BRI kejauhan.
"Makasih banget ya bro, lu udah mau nalangin gua.." kata Yunian. "Lu emang pengertian banget, pasti uang nya gua ganti.. Tenang aja."
"Iya sama-sama," jawab Figan. "Kalau itu sih gampang, tapi gua sama Rashel sama adik-adik gua mau ke puncak nih, ikut deh mendingan..!"
"Waduh bukannya gak mau nih, tapi nanti sore gua mesti ke bandara. Gua kan mau ke pontianak nih," kata Yunian. "Sorry ya, lain kali aja gimana..?''
"Gak seru dong kalau lu gak ikut," kata Figan. "Tapi gak apa apa deh.."

Senin, 13 Juni 2016

Short story: When best friend is every thing

SHORT STORY.. (Written by: Krisyunian)
Sebenarnya adalah lanjutan dari cerita sebelumnya (lebih tepatnya flash back sebelumnya).. Cuma ada revisi nama tokoh aja.
Alvin di revisi menjadi Yunian
Firda di revisi menjadi Rashel
Nino di revisi menjadi Figan (Regan Soji)
Alasannya adalah: SUKA SUKA GUE DONG!!

WHEN BEST FRIEND IS EVERY THING..

Selesai SMA bukan berarti perjuangan mereka selesai, Figan dan Rashel yang notabene sudah pacaran sejak kelas 2 SMA, dan bahkan keluarga Figan sudah kenal betul dengan Rashel. Tak heran jikalau Rashel memanggil ayah Regan dengan sebutan "papa", dan bukan lagi "om"..

"Berarti mulai minggu depan masuk lagi nih ke tempat bimbel buat pendalaman pembekalan masuk perguruan tinggi negeri?" tanya Rashel. "Tapi sih selama ada kamu, aku bakal ikut deh kemana aja.."
"Iya dong sayang, pokoknya kita mesti sama-sama terus.." kata Figan. "Oh iya, nanti selesai kita makan kamu ikut aku ke rumah ya.."
"Kenapa?" tanya Rashel. "Kamu kangen banget ya sama aku.."
"Apaan sih..? Gak gitu dong," kata Figan. "Ada oleh-oleh dari kak Lussy, habis di wisuda jadi dokter gigi terus dia mau ngasih hadiah buat calon adik iparnya."

Satu pekan berakhir sudah, kini sudah waktunya Figan dan Rashel yang notabene terdaftar di sebuah lembaga bimbingan test yang sama pun masuk kembali. Namun...
"Kenalin, nama gua Alphiandi Yunian, but panggil aja Yunian, Yan atau apalah terserah.." laki-laki itu pun menyapa Figan dan sepertinya mereka akan akrab dan bisa menjadi sahabat baik. Yunian adalah pengusaha muda di bidang makanan ringan yang berniat untuk kuliah di perguruan tinggi negeri. Maka dari itu belum pernah terlihat sejak Figan dan Rashel mengikuti program pendalaman ujian nasional.
Figan pun rupanya memiliki respon baik terhadap Yunian, "Nama gua Regan Soji tapi panggil aja Figan, dan ini Rashel Tann, dia pacar gua."
"Hai, senang banget deh punya teman baru.." Rashel pun rupanya cukup senang bisa berkenalan dengan teman barunya. "Sebelumnya di mana nih kalau boleh tau..?"
"Gua bisnis kecil-kecilan aja, tapi dari pada ijazah SMA jadi sarang laba-laba, mending gua ikut program biar bisa masuk PTN deh.." jawab Yunian. "Oh iya, last week gua sama saudara-saudara gua baru pulang liburan dari Hong Kong, nah gua ada something buat lu berdua. Udah gua siapin, tenang aja.."
Yunian rupanya tak sampai di sana, ia juga sudah menyiapkan oleh-oleh dari Hongkong untuk teman-teman barunya yang akan menjadi sahabatnya (BACA CERITA SEBELUMNYA!!)  Money is nothing when best friend is every thing..
Sengaja Yunian memberikan hadiah untuk Figan dan Rashel terpisah di plastik yang berbeda, untuk Figan ia sudah menyiapkan kaca mata hitam, USB dan juga luggage tag. Sementara untuk Rashel ia sudah membelikan jam tangan bermerk yang di beli di hongkong, luggage tag dan juga permen china (ngapain ya beli permen.. di warung juga banyak!)

"Oh jadi kakak lu dokter gigi bro..?" tanya Yunian sambil mereka berdua pergi ke luar untuk makan siang.
"Iya, bener tuh," jawab Figan. "baru wisuda sih dari fakultas kedokteran UI, di salemba.. dokter muda lah gitu. Tapi udah buka praktik.."
"Saudara gua juga ada sih dokter gigi juga," Yunian pun melanjutkan, "saudara dari keluarga Cilacap, tinggalnya di tangerang. Tapi dia mah swasta, jauh lah..."
"Sama aja kali bro, sama sama pake baju putih.." kata Figan sambil sedikit tertawa... Ia pun melanjutkan, "tapi kalau boleh tau nih ya, lu berapa bersaudara..?"
"Gua anak satu-satunya," jawab Yunian, "tapi kalau lu sendiri?"
"Kalau gua sih anak ke dua, tapi gua masih punya adik lagi dua.. Jadinya kita 4 bersaudara." jawab Figan. "Kalau di rumah kita nih suka banget main kartu, main poker gitu.. Gini-gini gua raja poker tau, tanya aja sama pacar gua tuh yang katanya lagi diet jadi gak ikut jalan sama kita deh.."

Kamis, 09 Juni 2016

Short story

SHORT STORY..
(Written by: Krisyunian Yasir Pradana )
Gua gak peduli berapa banyak like dan comment di postingan gua ini, tapi lu semua pasti secara sengaja atau tidak udah baca tulisan gua ini dan sedikit hati nurani kalian tersentuh, meskipun kalian gengsi untuk menunjukkannya..

Gua gak tau mau nulis judul apa di tulisan gua ini, tapi yang gua tau adalah "Girl friends is nothing when best friend is every thing" quotes itu yang selalu gua pegang selain "jangan melihat apa yang bisa negara berikan untukmu, tapi lihatlah apa yang bisa kamu berikan untuk negara"

Siang itu jalan tol dalam kota menuju arah bandara soekarno-hatta terlihat ramai lancar dan tidak terlalu macet. Alvin mengendarai mobilnya dan duduk di sebelahnya seorang wanita cantik bernama Firda yang usianya tak jauh berbeda dengan Alvin. Firda bukanlah pacar ataupun kekasih Alvin, melainkan dia adalah pacar dari sahabat baik Alvin yang bernama Nino.

(Flash back setahun yang lalu)
Firda tetap tidak mau melepaskan pelukannya dari lelaki yang sangat ia sayangi, Nino meskipun pesawat Air Asia dengan penerbangan Jakarta-Semarang akan segera di berangkatkan. Pesawat itulah yang akan membawa Nino untuk tinggal di Semarang karena ia akan kuliah di sana. Berat rasanya meninggalkan Firda di Jakarta dan berhubungan LDR. Meski demikian Nino tetap berusaha menenangkan Firda. Di sebelahnya, Alvin juga ikut menenangkan Firda dan membuatnya tak menangis lagi.
"Sayang, kamu jangan nakal ya di Jakarta selama aku pergi," kata Nino. "Aku janji kok aku bakal sering telepon kamu, sms kamu dan ngasih kabar ke kamu."
Nino kini memberikan tisu untuk menghapus air mata Firda, lalu ia pun berbicara kepada sahabatnya, Alvin. "Vin, gua bisa minta tolong gak sama lu?"
"Minta tolong apa?" tanya Alvin. "Lu udah gua anggap sebagai saudara gua sendiri, pasti lah gua mau nolongin lu.."
"Gua titip Firda sama lu ya, selama gua gak ada gua minta lu gantiin posisi gua. Gua minta tolong banget supaya lu bisa jagain Firda dan bahagian dia seperti gua selama ini." kata Nino.
Alvin pun berkata, "pasti bro, pasti.. Pokoknya lu tenang aja, gua bakal gantiin posisi lu. Dan yang pasti, hatinya tetap buat lu.. Percaya sama gua!"
Nino pun kini berjalan menuju ke arah pintu pesawat sebelum pesawat tersebut terbang dan akhirnya tidak terlihat lagi...

"Kamu pasti gak sabar ya mau ketemu Nino?" kata Alvin sambil tetap fokus mengendarai mobilnya..
"Kamu tau aja Vin," jawab Firda. "Aku kangen banget sama Nino, tapi untungnya ada kamu yang selalu nenangin aku Vin.."

Singkat cerita, mereka pun kini berdiri menunggu keluarnya para penumpang pesawat Citilink penerbangan Semarang-Jakarta. Tak membutuhkan waktu lama untuk menunggu, kini Nino pun keluar dari terminal bandara bersamaan dengan para penumpang lainnya..
"Firda.. Aku kangen banget sayang sama kamu," kata Nino yang langsung memeluk Firda dan agak sedikit lama. Mereka tak peduli meskipun di lihatkan oleh banyak orang di sana. "kamu baik-baik aja?"
"Aku baik kok sayang, selama ini ada Alvin yang selalu jagain aku.."kata Firda. "Udah lama banget aku gak ketemu sama kamu, aku kangen banget."
Setelah berpelukan sedikit lama, tak lupa pula Nino menyampaikan kerinduannya terhadap Alvin, meskipun tetap sering berhubungan lewat telepon. "Apa kabar lu Vin? Sumpah, gua kangen banget sama lu.." kata Nino. "Gua kirain lu kemari bawa pacar lu.."
"Ya gini-gini aja sih gua, yang jelas gua belum mau nembak siapapun.." kata Alvin. "Ya udah, kebetulan mobil gua di sana, agak jauh sih..."

Mereka bertiga pun kini berjalan menuju arah parkiran mobil, namun sebelum menuju parkiran Alvin memutuskan untuk memberikan sesuatu kepada Nino..
"Bro, lu mending pegang ini deh," kata Alvin sambil memberikan sesuatu kepada Nino.
"Ini apaan?"
"Ini kunci mobil gua lah, masa iya raket tennis?" kata Alvin sambil tertawa sedikit.
"Iya gua tau, lu mau gua yang nyetir nih?" tanya Nino.
"Gini maksud gua, lu berdua kan baru ketemu nih. Gua tau kok kalau kalian berdua pasti kangen banget dan pengen mesra mesraan berdua selama di perjalanan pulang. Kalau ada gua pastilah privacy kalian terganggu dan kalian jadi gak bebas deh.. Jadi lu berdua pakai mobil gua aja, lu silahkan deh mesra-mesraan di mobil gua, kangen kangenan pokoknya bebas deh. Biar gua pulang naik bis aja, nanti gua langsung tidur deh di bis.."
"Terus mobil lu gimana bro?" tanya Nino.
"Ya nanti malam atau besok gua ambil aja di rumah lu, pokoknya lu mesti manfaatin waktu lu berdua karena LDR kayak kalian kan susah cari waktu berdua.." kata Alvin.
"Makasih banget ya bro, lu emang sahabat gua yang paling pengertian.. Kalau gitu gua sama Firda duluan ya.." Nino dan Firda akhirnya pergi menuju parkiran, sementara Alvin memutuskan untuk pulang naik bus bandara karena ingin memberikan waktu kepada dua sahabatnya untuk melepaskan rindu setelah lama tidak bertemu..

Kini Alvin pun naik bus angkutan pemadu moda dengan tujuan Mangga dua square. Ia pun duduk di sebelah seorang pria berusia 25 tahun yang baru saja tiba di Jakarta setelah terbang dari Lombok.
"Gak bawa tas mas?" tanya pria tersebut.
"Nggak mas, gini aja.." jawab Alvin
"Oh, nganter ya?" tanya pria tersebut..
"Jemput mas.."
"Yang di jemput siapa? terus orangnya?"
"Saya jemput teman saya, terus dia sama pacarnya naik mobil saya.." jawab Alvin. "Ya biar mereka berdua bisa mesra mesraan di jalan, namanya juga LDR"
Pria tersebut pun terdiam sejenak, lalu bicara lagi, "menang banyak deh tuh temen mas, naik mobil sementara si mas nya malah di suruh naik bus kayak gini.. Udah, mending orang kayak gitu jauhin aja. Nyusahin!"
"Saya yang mau mas, bukan di suruh!" Alvin kini mulai menjawab ketus, namun pria tersebut terus saja menjawab, "tetap aja namanya gak pengertian gitu mas. Emangnya dia itu kayak gimana sih orangnya? Penasaran saya.."
"Mas mau saya ceritain?" tanya Alvin. "Kalau mas mau tau, teman saya itu gak seperti apa yang mas kira!"
"Maskudnya?"
Alvin pun kini mulai menceritakan pengalamannya beberapa waktu lalu, di mana mungkin saudara pun tidak mau peduli dan menolongnya..
"Waktu itu tepatnya 2 tahun yang lalu, mobil saya mogok di parkiran kuningan city dan saya panik banget. Apartemen saya waktu itu di sana dan saya cuma tinggal sama sepupu saya yang umurnya 5 tahun di bawah saya. Nah udah sejam saya mikir gimana caranya supaya mobil saya itu benar lagi dan mesinnya bisa jalan lagi. Tiba-tiba HP saya bunyi dan ada sms masuk, ternyata itu sms dari sahabat saya. Dia tau kalau saya lagi kesusahan karena mobil saya mogok, ban saya bocor padahal hari itu dia sama ketiga adik nya berencana untuk pergi ke puncak. Dia sempatin diri buat datang ke parkiran apartemen saya dan bawa montir dari bengkel resmi. Dia juga yang nalangin dan minjemin uang buat bayar biaya tuh montir, dan ternyata mobil saya rusak karena sempat terendam banjir di parkiran mall waktu itu. Saya gak tau lagi gimana caranya mesti berterimakasih selain men transer ulang sebesar uang yang udah dia kasih ke saya, dan saya lebihih tuh uang.. Bayangin deh mas, kalau mas ada di posisi dia, mungkin gak sih mas nya ini rela datang nemuin saya buat nolongin saya?"
Pria tersebut pun terdiam, rupanya apa yang ada di depan mata tak selalu relevan dengan apa yang sebenarnya terjadi..