Selasa, 14 Juni 2016

SHORT STORY: Pontianak dan Jakarta (The meaning of best friend)

Bandara soekarno-hatta, tangerang-banten. Bulan Mei tahun 20...
Untung saja meskipun low budget flight, namun pesawat yang di naiki Yunian dari Pontianak menuju Jakarta tidak de lay. Yunian sedang mencoba mengikuti tes masuk universitas swasta yang terletak di Bandung, namun ia memilih untuk mengikuti tes tersebut di pontianak. Pengusaha muda tersebut sedang berniat untuk melanjutkan kuliah agar ijazah SMA nya tidak menjadi sarang laba-laba.. 
"Sampai juga di Jakarta, tinggal naik taksi deh," Yunian pun berjalan menuju ke antrean taksi berstiker bandara. Namun karena sudah tengah malam, tidak banyak taksi yang ada di sana. Ia pun berencana untuk mencari alternatif angkutan transportasi lain, namun juga tidak ada. 
30 menit ia duduk di kursi, sebuah mobil sedan putih pun berhenti tepat di depannya dan terbukalah kaca jendela penumpang depan, "dari pada naik taksi atau bus, enakkan juga naik mobil gua.." Figan, teman baik Yunian rupanya yang mengendarai mobil tersebut. Sengaja ia malam-malam pergi menjemput sahabatnya di bandara karena ia tau bahwa Yunian akan pulang dari pontianak menuju jakarta pada malam itu. 
"Ternyata dunia sempit juga ya bro," kata Yunian.. "Ngapain lu malam-malam begini?"
 "Gua lagi mau jemput teman gua, ya orang nya sih sampai sekarang belum juga punya pacar. Hobi nya travelling dan kadang orangnya tuh ngeselin.. Main poker sama gua kalah terus.. Kalau kalah pasti deh ngambek, terus teriak HALAH... HALAH,,!!" 
"Gua banget tuh," jawab Yunian, "nyindir ya..? Awas lu ya.."
"Udah, mending sekarang lu masuk deh, barang lu simpen deh di bagasi.." bagasi yang sudah terbuka secara otomatis, Figan pun berkata sambil membantu Yunian meletakkan barangnya di bagasi, "tapi lu yang nyetir ya, kaki gua pegal nih habis kena macet dari pas masuk tol priuk.."
"Okelah, beres bro.." kata Yunian. "Kuncinya mana?"
"Udah nyantol di dalam!"
"Oh iya ya, sama kayak lu yang udah nyantol di hati nya Rashel ya.." ledek Yunian yang memang kadang suka iseng. Mereka kenal sejak sebulan yang lalu, tepatnya di sebuah lembaga bimbingan belajar jaminan masuk perguruan tinggi negeri. Namun Yunian dan Figan sudah akrab dan berteman sangat baik, bahkan sudah seperti saudara sendiri.. 
"Ngomong-ngomong tumben pesawatnya gak de lay..?" tanya Figan yang duduk di sebelah Yunian, sementara itu Yunian tetap pada pandangannya ke kaca depan. 
"Ya biasa lah," jawab Yunian. "Pesawatnya juga sepi tadi, niat nya sih mau ngajak pramugari sama pilotnya main poker, tapi..."
"Takut di kira judi?" tanya Figan. "Emang di atas ada sat pol PP?"
"Takut pramugarinya naksir gua, ya gara-gara terpesona sama gua yang bisa ngalahin mereka main gituan. Lagian gua juga gak enak lagi kalau gua menang terus.. Tau sendiri gua gimana.."
"Gaya lu selangit!" Figan pun melanjutkan, "lu juga dulu blepotan, yang ngajarin kan gua.. Kalau ngeluarin kartu pertama kali langsung yang gede, gua kasih tau ehh lu nya ngeyel. Pas kalah yang ada lu malah ngomel gak jelas.."
"Iya juga sih, hehehe..." Yunian pun tertawa sedikit. "Tapi ngomong-ngomong gua belum bilang terimakasih secara langsung nih bro, sekarang gua ngomong nih.. Makasih ya.."
"Makasih buat apa?" tanya Figan. "Lu udah gua anggap sebagai saudara gua sendiri lagi, jadi lu gak usah sungkan deh sama gua.. Tapi, makasih buat?"
"Yang kemarin tuh..." kata Yunian, "yang pas waktu......____________)"
(FLASH BACK)
Sampai di tempat lembaga bimbel, tapi gak ada orang. Ternyata hari itu libur dan seluruh murid udah tau (padahal muridnya cuma 4, Yunian, Figan, Rashel sama figuran satu, hehehe...) kecuali Yunian. Simpel aja, gara-gara kemarin itu Yunian ada acara seminar bisnis di bandung (gaya amat bos).. 
Padahal hari itu adalah hari terakhir pendaftaran ujian masuk UI (Universitas Indonesia), kalau hari ini gak daftar percuma dong selama ini ikutan program bimbel sesuai saran dari pelanggan Yunian. 
Komputer di dalam, kunci gak ada. Kalau mau daftar mesti pakai komputer di dalam ruangan itu, soalnya data sama profil udah di input ke sana semua.. Namun tak lama kemudian gadget Yunian pun berbunyi pertanda ada pesan SMS masuk.. 
"Yan, lu stand by aja ya di sana.. Gua udah OTW, urusan daftar pakai komputer urusan gua, gua udah pegang kunci back up nya kok.." kata Figan melalui pesan singkat SMS. Meskipun Figan, Rashel dan adik-adik Figan berencana pergi ke puncak, namun Figan tetap menyempatkan untuk menemui Yunian di TKP.
Singkat cerita,,...
"Makasih banget ya, lu sama Rashel udah mau bantuin gua.." kata Yunian. "Pokoknya produk gua nanti gua kasih ke lu diskon deh.."
"Iya sama-sama," kata Figan. "Oh iya, kalau mau daftar kan mesti bayar tuh, nah kita ke ATM BNI yang di depan deh mending, nah Rashel sayang mending di sini aja sama adik-adik ipar.."
"Apaan sih, udah adik ipar aja deh," kata Rashel. "Yang ada calon kali sayang.." 
"Tapi gua gak ada kartu BNI nih, ATM gua BRI.. Emang bisa..?" tanya Yunian.
"Bisa, bisa banget.." kata Figan. "Ntar gua bayarin dulu pakai duit gua 200 ribu, habis kalau atm BRI jauh.."
Figan dan Yunian pun keluar dari ATM BNI setelah melakukan pembayaran atas nama Alphiandi Yunian.. Benar memang Figan yang meminjamkan uang sementara kepada Yunian untuk mendaftar ujian masuk UI. Dari pada cari ATM BRI kejauhan.
"Makasih banget ya bro, lu udah mau nalangin gua.." kata Yunian. "Lu emang pengertian banget, pasti uang nya gua ganti.. Tenang aja."
"Iya sama-sama," jawab Figan. "Kalau itu sih gampang, tapi gua sama Rashel sama adik-adik gua mau ke puncak nih, ikut deh mendingan..!"
"Waduh bukannya gak mau nih, tapi nanti sore gua mesti ke bandara. Gua kan mau ke pontianak nih," kata Yunian. "Sorry ya, lain kali aja gimana..?''
"Gak seru dong kalau lu gak ikut," kata Figan. "Tapi gak apa apa deh.."

Senin, 13 Juni 2016

Short story: When best friend is every thing

SHORT STORY.. (Written by: Krisyunian)
Sebenarnya adalah lanjutan dari cerita sebelumnya (lebih tepatnya flash back sebelumnya).. Cuma ada revisi nama tokoh aja.
Alvin di revisi menjadi Yunian
Firda di revisi menjadi Rashel
Nino di revisi menjadi Figan (Regan Soji)
Alasannya adalah: SUKA SUKA GUE DONG!!

WHEN BEST FRIEND IS EVERY THING..

Selesai SMA bukan berarti perjuangan mereka selesai, Figan dan Rashel yang notabene sudah pacaran sejak kelas 2 SMA, dan bahkan keluarga Figan sudah kenal betul dengan Rashel. Tak heran jikalau Rashel memanggil ayah Regan dengan sebutan "papa", dan bukan lagi "om"..

"Berarti mulai minggu depan masuk lagi nih ke tempat bimbel buat pendalaman pembekalan masuk perguruan tinggi negeri?" tanya Rashel. "Tapi sih selama ada kamu, aku bakal ikut deh kemana aja.."
"Iya dong sayang, pokoknya kita mesti sama-sama terus.." kata Figan. "Oh iya, nanti selesai kita makan kamu ikut aku ke rumah ya.."
"Kenapa?" tanya Rashel. "Kamu kangen banget ya sama aku.."
"Apaan sih..? Gak gitu dong," kata Figan. "Ada oleh-oleh dari kak Lussy, habis di wisuda jadi dokter gigi terus dia mau ngasih hadiah buat calon adik iparnya."

Satu pekan berakhir sudah, kini sudah waktunya Figan dan Rashel yang notabene terdaftar di sebuah lembaga bimbingan test yang sama pun masuk kembali. Namun...
"Kenalin, nama gua Alphiandi Yunian, but panggil aja Yunian, Yan atau apalah terserah.." laki-laki itu pun menyapa Figan dan sepertinya mereka akan akrab dan bisa menjadi sahabat baik. Yunian adalah pengusaha muda di bidang makanan ringan yang berniat untuk kuliah di perguruan tinggi negeri. Maka dari itu belum pernah terlihat sejak Figan dan Rashel mengikuti program pendalaman ujian nasional.
Figan pun rupanya memiliki respon baik terhadap Yunian, "Nama gua Regan Soji tapi panggil aja Figan, dan ini Rashel Tann, dia pacar gua."
"Hai, senang banget deh punya teman baru.." Rashel pun rupanya cukup senang bisa berkenalan dengan teman barunya. "Sebelumnya di mana nih kalau boleh tau..?"
"Gua bisnis kecil-kecilan aja, tapi dari pada ijazah SMA jadi sarang laba-laba, mending gua ikut program biar bisa masuk PTN deh.." jawab Yunian. "Oh iya, last week gua sama saudara-saudara gua baru pulang liburan dari Hong Kong, nah gua ada something buat lu berdua. Udah gua siapin, tenang aja.."
Yunian rupanya tak sampai di sana, ia juga sudah menyiapkan oleh-oleh dari Hongkong untuk teman-teman barunya yang akan menjadi sahabatnya (BACA CERITA SEBELUMNYA!!)  Money is nothing when best friend is every thing..
Sengaja Yunian memberikan hadiah untuk Figan dan Rashel terpisah di plastik yang berbeda, untuk Figan ia sudah menyiapkan kaca mata hitam, USB dan juga luggage tag. Sementara untuk Rashel ia sudah membelikan jam tangan bermerk yang di beli di hongkong, luggage tag dan juga permen china (ngapain ya beli permen.. di warung juga banyak!)

"Oh jadi kakak lu dokter gigi bro..?" tanya Yunian sambil mereka berdua pergi ke luar untuk makan siang.
"Iya, bener tuh," jawab Figan. "baru wisuda sih dari fakultas kedokteran UI, di salemba.. dokter muda lah gitu. Tapi udah buka praktik.."
"Saudara gua juga ada sih dokter gigi juga," Yunian pun melanjutkan, "saudara dari keluarga Cilacap, tinggalnya di tangerang. Tapi dia mah swasta, jauh lah..."
"Sama aja kali bro, sama sama pake baju putih.." kata Figan sambil sedikit tertawa... Ia pun melanjutkan, "tapi kalau boleh tau nih ya, lu berapa bersaudara..?"
"Gua anak satu-satunya," jawab Yunian, "tapi kalau lu sendiri?"
"Kalau gua sih anak ke dua, tapi gua masih punya adik lagi dua.. Jadinya kita 4 bersaudara." jawab Figan. "Kalau di rumah kita nih suka banget main kartu, main poker gitu.. Gini-gini gua raja poker tau, tanya aja sama pacar gua tuh yang katanya lagi diet jadi gak ikut jalan sama kita deh.."

Kamis, 09 Juni 2016

Short story

SHORT STORY..
(Written by: Krisyunian Yasir Pradana )
Gua gak peduli berapa banyak like dan comment di postingan gua ini, tapi lu semua pasti secara sengaja atau tidak udah baca tulisan gua ini dan sedikit hati nurani kalian tersentuh, meskipun kalian gengsi untuk menunjukkannya..

Gua gak tau mau nulis judul apa di tulisan gua ini, tapi yang gua tau adalah "Girl friends is nothing when best friend is every thing" quotes itu yang selalu gua pegang selain "jangan melihat apa yang bisa negara berikan untukmu, tapi lihatlah apa yang bisa kamu berikan untuk negara"

Siang itu jalan tol dalam kota menuju arah bandara soekarno-hatta terlihat ramai lancar dan tidak terlalu macet. Alvin mengendarai mobilnya dan duduk di sebelahnya seorang wanita cantik bernama Firda yang usianya tak jauh berbeda dengan Alvin. Firda bukanlah pacar ataupun kekasih Alvin, melainkan dia adalah pacar dari sahabat baik Alvin yang bernama Nino.

(Flash back setahun yang lalu)
Firda tetap tidak mau melepaskan pelukannya dari lelaki yang sangat ia sayangi, Nino meskipun pesawat Air Asia dengan penerbangan Jakarta-Semarang akan segera di berangkatkan. Pesawat itulah yang akan membawa Nino untuk tinggal di Semarang karena ia akan kuliah di sana. Berat rasanya meninggalkan Firda di Jakarta dan berhubungan LDR. Meski demikian Nino tetap berusaha menenangkan Firda. Di sebelahnya, Alvin juga ikut menenangkan Firda dan membuatnya tak menangis lagi.
"Sayang, kamu jangan nakal ya di Jakarta selama aku pergi," kata Nino. "Aku janji kok aku bakal sering telepon kamu, sms kamu dan ngasih kabar ke kamu."
Nino kini memberikan tisu untuk menghapus air mata Firda, lalu ia pun berbicara kepada sahabatnya, Alvin. "Vin, gua bisa minta tolong gak sama lu?"
"Minta tolong apa?" tanya Alvin. "Lu udah gua anggap sebagai saudara gua sendiri, pasti lah gua mau nolongin lu.."
"Gua titip Firda sama lu ya, selama gua gak ada gua minta lu gantiin posisi gua. Gua minta tolong banget supaya lu bisa jagain Firda dan bahagian dia seperti gua selama ini." kata Nino.
Alvin pun berkata, "pasti bro, pasti.. Pokoknya lu tenang aja, gua bakal gantiin posisi lu. Dan yang pasti, hatinya tetap buat lu.. Percaya sama gua!"
Nino pun kini berjalan menuju ke arah pintu pesawat sebelum pesawat tersebut terbang dan akhirnya tidak terlihat lagi...

"Kamu pasti gak sabar ya mau ketemu Nino?" kata Alvin sambil tetap fokus mengendarai mobilnya..
"Kamu tau aja Vin," jawab Firda. "Aku kangen banget sama Nino, tapi untungnya ada kamu yang selalu nenangin aku Vin.."

Singkat cerita, mereka pun kini berdiri menunggu keluarnya para penumpang pesawat Citilink penerbangan Semarang-Jakarta. Tak membutuhkan waktu lama untuk menunggu, kini Nino pun keluar dari terminal bandara bersamaan dengan para penumpang lainnya..
"Firda.. Aku kangen banget sayang sama kamu," kata Nino yang langsung memeluk Firda dan agak sedikit lama. Mereka tak peduli meskipun di lihatkan oleh banyak orang di sana. "kamu baik-baik aja?"
"Aku baik kok sayang, selama ini ada Alvin yang selalu jagain aku.."kata Firda. "Udah lama banget aku gak ketemu sama kamu, aku kangen banget."
Setelah berpelukan sedikit lama, tak lupa pula Nino menyampaikan kerinduannya terhadap Alvin, meskipun tetap sering berhubungan lewat telepon. "Apa kabar lu Vin? Sumpah, gua kangen banget sama lu.." kata Nino. "Gua kirain lu kemari bawa pacar lu.."
"Ya gini-gini aja sih gua, yang jelas gua belum mau nembak siapapun.." kata Alvin. "Ya udah, kebetulan mobil gua di sana, agak jauh sih..."

Mereka bertiga pun kini berjalan menuju arah parkiran mobil, namun sebelum menuju parkiran Alvin memutuskan untuk memberikan sesuatu kepada Nino..
"Bro, lu mending pegang ini deh," kata Alvin sambil memberikan sesuatu kepada Nino.
"Ini apaan?"
"Ini kunci mobil gua lah, masa iya raket tennis?" kata Alvin sambil tertawa sedikit.
"Iya gua tau, lu mau gua yang nyetir nih?" tanya Nino.
"Gini maksud gua, lu berdua kan baru ketemu nih. Gua tau kok kalau kalian berdua pasti kangen banget dan pengen mesra mesraan berdua selama di perjalanan pulang. Kalau ada gua pastilah privacy kalian terganggu dan kalian jadi gak bebas deh.. Jadi lu berdua pakai mobil gua aja, lu silahkan deh mesra-mesraan di mobil gua, kangen kangenan pokoknya bebas deh. Biar gua pulang naik bis aja, nanti gua langsung tidur deh di bis.."
"Terus mobil lu gimana bro?" tanya Nino.
"Ya nanti malam atau besok gua ambil aja di rumah lu, pokoknya lu mesti manfaatin waktu lu berdua karena LDR kayak kalian kan susah cari waktu berdua.." kata Alvin.
"Makasih banget ya bro, lu emang sahabat gua yang paling pengertian.. Kalau gitu gua sama Firda duluan ya.." Nino dan Firda akhirnya pergi menuju parkiran, sementara Alvin memutuskan untuk pulang naik bus bandara karena ingin memberikan waktu kepada dua sahabatnya untuk melepaskan rindu setelah lama tidak bertemu..

Kini Alvin pun naik bus angkutan pemadu moda dengan tujuan Mangga dua square. Ia pun duduk di sebelah seorang pria berusia 25 tahun yang baru saja tiba di Jakarta setelah terbang dari Lombok.
"Gak bawa tas mas?" tanya pria tersebut.
"Nggak mas, gini aja.." jawab Alvin
"Oh, nganter ya?" tanya pria tersebut..
"Jemput mas.."
"Yang di jemput siapa? terus orangnya?"
"Saya jemput teman saya, terus dia sama pacarnya naik mobil saya.." jawab Alvin. "Ya biar mereka berdua bisa mesra mesraan di jalan, namanya juga LDR"
Pria tersebut pun terdiam sejenak, lalu bicara lagi, "menang banyak deh tuh temen mas, naik mobil sementara si mas nya malah di suruh naik bus kayak gini.. Udah, mending orang kayak gitu jauhin aja. Nyusahin!"
"Saya yang mau mas, bukan di suruh!" Alvin kini mulai menjawab ketus, namun pria tersebut terus saja menjawab, "tetap aja namanya gak pengertian gitu mas. Emangnya dia itu kayak gimana sih orangnya? Penasaran saya.."
"Mas mau saya ceritain?" tanya Alvin. "Kalau mas mau tau, teman saya itu gak seperti apa yang mas kira!"
"Maskudnya?"
Alvin pun kini mulai menceritakan pengalamannya beberapa waktu lalu, di mana mungkin saudara pun tidak mau peduli dan menolongnya..
"Waktu itu tepatnya 2 tahun yang lalu, mobil saya mogok di parkiran kuningan city dan saya panik banget. Apartemen saya waktu itu di sana dan saya cuma tinggal sama sepupu saya yang umurnya 5 tahun di bawah saya. Nah udah sejam saya mikir gimana caranya supaya mobil saya itu benar lagi dan mesinnya bisa jalan lagi. Tiba-tiba HP saya bunyi dan ada sms masuk, ternyata itu sms dari sahabat saya. Dia tau kalau saya lagi kesusahan karena mobil saya mogok, ban saya bocor padahal hari itu dia sama ketiga adik nya berencana untuk pergi ke puncak. Dia sempatin diri buat datang ke parkiran apartemen saya dan bawa montir dari bengkel resmi. Dia juga yang nalangin dan minjemin uang buat bayar biaya tuh montir, dan ternyata mobil saya rusak karena sempat terendam banjir di parkiran mall waktu itu. Saya gak tau lagi gimana caranya mesti berterimakasih selain men transer ulang sebesar uang yang udah dia kasih ke saya, dan saya lebihih tuh uang.. Bayangin deh mas, kalau mas ada di posisi dia, mungkin gak sih mas nya ini rela datang nemuin saya buat nolongin saya?"
Pria tersebut pun terdiam, rupanya apa yang ada di depan mata tak selalu relevan dengan apa yang sebenarnya terjadi..