Rabu, 03 Juni 2015

Travel love story..



Saat bepergian jauh dari rumah saat itulah diri kita merasa lebih mengenal siapa kita yang sebenarnya..
Saat menjadi solo travelers saat itulah kita seakan berkenalan dan meng interview diri kita sendiri.. Kebebasan, kepribadian yang hanya berhak Allah swt dan diri sendiri yang atur, bukan orang lain..

Kita terlahir untuk bahagia, bukan untuk di atur.. Bukan pula untuk menjadi stress dan pusing hanya karena tidak bisa mengerjakan soal akuntansi ataupun tidak mengerjakan pr matematik, atau justru hanya benar lima tidak nyontek tapi mengaku benar semuanya! Bukan itu kita dilahirkan, dan apakah orang yang jenius di bidang itu semua bahagia? Belum tentu!
Mungkin ini kali pertama Krisyunian di web ini memposting, bukan posting buku besar yang gak jelas itu melainkan memposting sebuah cerita fiksi, dan bukan pengalaman pribadi tentang traveling yang sering Krisyunian lakukan..

Alvin Heryanto Aldrin Pradana namanya, sangat suka petualangan seru dan menikmati keindahan dunia! Statusnya sebagai siswa kelas 2 di SMA swasta di Jakarta tidak membuatnya berhenti untuk memiliki sifat energik, ambisius dan tidak materialistis. Tidak semuanya di ukur dengan uang, namun semua butuh uang termasuk jalan-jalan kemanapun ia mau. Baru saja menumpangi pesawat yang masih tertunda keberangkatannya di changi airport, Singapura tujuan bandara soekarno-hatta, Tangerang karena di de lay, namun seluruh penumpang sudah bisa masuk ke dalam pesawat. Ia menduduki bangku yang sesuai dengan yang terdapat pada tiket yang telah ia pegang, "huh, astagfirullah.." Katanya dalam hati setelah lelah berpetualangan selama satu setengah pekan melalui jalur darat dari Vietnam, Thailland hingga Singapura, satu setengah pekan ia berpetualangan di negeri orang sendirian, tanpa siapapun.

"Mas mas, bisa saya pesan minuman yang di menu ini? Saya mau minta oolong milk tea sama nasi lemaknya," katanya kepada seorang pramugara, kebetulan karena maskapai tersebut milik Indonesia, jadi seluruh awak adalah orang Indonesia.
 "Bisa mas, tapi agak lama ya soalnya masih ada problem di bawah," jawab petugas pramugara tersebut..
"Iya, ehh sama kalau mau order souvenir kayak gini. Saya kebetulan minat mau beli gantungan kunci sama miniatur pesawat yang ini," sambil menunjuk ke gambar yang tertera di dalam menu pelayanan penumpang..
"Bisa, kalau pakai kartu kredit bank BC* bisa dapat diskon 70%.." kata petugas tersebut..
 "Wah gak ada tuh, bayar tunai aja.." jawab Alvin, "coba aja kalau gua masih bawa tuh kredit card.."

Akhirnya petugas tersebut pun pergi meninggalkan Alvin di bangkunya, ia memang duduk di dekat jendela.. "Waduh, ini kartu kredit gua.. Kenapa gua gak sadar ya kalau gua simpan di dompet, kan bisa dapat diskon waktu nginep di hotel di Vietnam.. Mas, mas!!" Alvin langsung berdiri dari bangkunya untuk menemui petugas tadi, namun entah kenapa mungkin ia tidak lihat.. BRAAKKKK...

Seorang penumpang wanita, mungkin usianya hampir sama dengan Alvin yang juga pergi sendirian naik pesawat itu tanpa sengaja ia tabrak dan membuat barang bawaannya jatuh.. "Ya ampun, sori sori, gua gak sengaja nabrak.." Alvin yang tidak pernah gengsi untuk mengakui kesalahan pun meminta maaf duluan..
"Gak apa-apa kok, gua juga yang salah karena gak lihat lihat.." jawab wanita tersebut.
 "Biar gua bantuin ya, gua angkatin ya barangnya.." Alvin menawarkan diri, namun ia langsung membantunya membereskan barang-barangnya yang jatuh, bukanlah koper melainkan belanjaan yang berisi souvenir dan juga pakaian serta sepatu. "duduk dimana?" tanya Alvin.
 "Di bangku ini, yang tengah kayaknya kalau di lihat dari nomer bangku yang di tiket," jawabnya..
 "Kebetulan, gua juga duduk di sini, di pojok dekat jendela.." kata Alvin.
 "Kebetulan banget ya, tapi makasih ya udah mau bantuin beresin barang aku yang jatuh.."
 "Iya, sama-sama.." kata Alvin.
 "Tadi emang mau kemana, kok buru-buru gitu.."
 "Mau ngasih credit card ke mas mas yang barusan, tapi udah lah nanti aja.."

 Kebetulan sekali mereka di pertemukan pada sebuah pertemuan tanpa sengaja, terlebih Alvin merupakan sosok yang terbuka kepada orang yang baru ia kenal..
"Gua Alvin." Alvin menyodorkan tangannya untuk berkenalan, sekaligus bersalaman dengan wanita tersebut, "gua Nafisah," jawab wanita tersebut yang bernama Nafisah sambil memegang tangan Alvin..
 "Sendirian, atau sama siapa?" tanya Alvin yang sepertinya ingin berkenalan lebih dalam..
 "Hmm, iya.. Sendirian," jawab Nafisah, "kamu sendiri, naik pesawat ini sendirian atau bareng sama siapa?"
 "Rame-rame," jawab Alvin..
 "Rombongan maksudnya?"
 "Ya rame-rame sama penumpang lain lah, kalau sendirian berarti pake pesawat carteran dong.. Hehehe,"  Alvin pun menertawakan dirinya sendiri.
 Nafisah pun juga ikut tertawa, "kamu lucu juga ya Vin, jadi bikin aku ingat sama.."
 "Sama siapa?"
 "Sori sori, kayaknya gak pantes juga kalau aku ngebuka cerita pengalaman pribadi aku sama kamu.." kini wajah Nafisah tak lagi seperti tadi.
 "Sebenarnya gak apa-apa sih kalau mungkin kamu mau cerita tentang mantan kamu mungkin, atau siapapun.. Tapi kalau enggak juga gak apa-apa sih," kata Alvin..

Pesawat pun mulai lepas landas menuju Indonesia, sepertinya Nafisah cukup kelelahan hingga ia tertidur pulas, bahkan tanpa sadar ia tak sengaja bersandar ke badan Alvin yang duduk di sebelahnya..
"Ya ampun ini cewek kok tidurnya gini amat ya?" tanya Alvin dalam hati, "kayaknya mendingan gua biarin aja deh, kayaknya dia capek banget.. Kasihan juga kalau gua mesti bangunin dia.."

 Entah mungkin karena sadar bahwa pesawat tersebut hendak mendarat di bandara soekarno-hatta, atau justru karena sadar telah merepotkan orang lain.. Nafisah bangun dengan wajah yang tampaknya masih kelelahan, "ya ampun, jadi dari tadi aku tidur senderan ke kamu ya?" tanya Nafisah setelah, setelah nyawanya sudah terkumpul.. "Aduuh Vin, maaf ya.."
 "Enggak kok, gak apa apa kok," jawab Alvin, "aku sama sekali gak ngerasa di repotin kok.."
 "Beneran nih?" tanya Nafisah, "kenapa gak bangunin aku aja tadi?"
 "Kalau aku bangunin kamu malahan aku yang ngerasa bersalah, mana tega sih aku bangunin perempuan cantik kayak kamu.. Apalagi tidurnya kayaknya pules banget, pasti kecapekan.." kata Alvin.
 Nafisah pun sepertinya mulai menyukai karakter Alvin, sepertinya Alvin adalah seorang laki-laki yang baik untuk perempuan manapun, "pasti beruntung banget deh cewek yang jadi pacarnya Alvin, sama aku yang baru kenal aja dia udah bisa baik banget kayak gitu.. Ada berapa sih di dunia ini laki-laki kayak Alvin?"
 "Aku boleh tanya sesuatu gak sama kamu?" kata Nafisah.
 "Boleh, emangnya mau tanya apaan?"
 "Hmm, kamu udah punya pacar belum?" tanya Nafisah,
 "Belum, belum punya... Emangnya kenapa? Kamu mau ngasih lamaran?"
 "Cuma tanya doang kok, maskudnya kalau udah pasti cewek yang jadi pacar kamu itu adalah wanita paling bahagia di dunia ini.. Gak kayak aku."
 "Biasa aja lagi, lagian mana ada sih di dunia ini yang sempurna? Tapi kamu juga bisa kok jadi wanita yang hidupnya bahagia, itu kalau kamu bisa milih cowok yang baik, pengertian dan gak suka berlaku seenaknya." kata Alvin..
 "Iya, maskudnya cowok kayak kamu?"

Bandara soekarno-hatta, Indonesia 14.31 WIB..
Turun dari pesawat, semua penumpang yang memiliki barang di bagasi mengambil barangnya di antrian pengambilan bagasi di terminal bandara.

 "Banyak banget barangnya? Sini udah biar aku aja yang bawa pake trolley," Alvin menawarkan diri, "lagian kebetulan barang aku di trolley juga dikit, jadi muat lah kalau barang kamu di bawa di trolley aku sampai depan lobi."
 "Gak usah lagi, biar aku bawa sendiri aja trolleynya," kata Nafisah..
 "tapi mana tega sih aku biarin perempuan cantik kayak kamu itu bawa barang sebanyak ini? Perempuan kayak kamu itu pantesnya di manjain sama cowoknya, bukannya bawa barang yang banyak kayak gini.. Udah biarin aku aja yang bawa."



Tidak ada komentar:

Posting Komentar