Rabu, 10 Desember 2014

Nice trip to the nice places (the point of java edition) part 3

Terbangun di atas atap Wonosobo..

Mungkin dataran tinggi Tibet adalah atap dunia, karena tingginya.. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana dinginnya udara di Tibet kalau di Dieng dan puncak Bogor saja dinginnya sudah sedemikian masuk ke dalam tubuh. Atau mungkin ada hanya sedikit perbedaan antara udara dingin di Dieng dan di Tibet.

7 Desember 2014
Pukul 04.00
Pagi itu sudah memasuki waktu shalat subuh, beberapa dari anggota rombongan yang lainnya masih terlelap di balik selimut tebalnya dan sepertinya berat untuk mengangkat selimutnya dan bergegas melaksanakan shalat. Karena kebetulan pukul 04.00 hp saya berbunyi, saya pun terlanjur terbangun dan memutuskan untuk melaksanakan shalat subuh berjamaah di masjid Dieng bersama dengan beberapa warga asli Dieng wetan. Sepertinya mereka sudah terbiasa dengan udara dingin, sehingga bukan beban lagi untuk keluar rumah sepagi itu, meskipun di Jakarta pun saya sudah terbiasa bangun pukul 04.20 untuk berangkat beraktivitas dari rumah di Cibubur, Jakarta timur ke daerah Kebayoran baru, Jakarta selatan, itu dikarenakan rumah dan tempat aktivitas saya yang lumayan jauh, dan saya lebih memilih untuk menggunakan moda transportasi masal, seperti bus patas AC atau feeder busway dikarenakan lebih irit ketimbang menggunakan kendaraan pribadi, harus berhadapan dengan 3 in one (kebetulan dari Cibubur banyak bus AC yang langsung ke arah terminal blok m maupun angkot ke terminal Kp rambutan, jadi searah dengan tempat kerja).
Terasa sekali dinginnya air ketika saya mengambil air wudhu di masjid, mungkin mereka sudah terbiasa dengan air sedingin itu.. Setelah selesai shalat saya pun kembali ke home stay, sampai di sana, rekan rekan rombongan saya yang lain terlihat ada yang sudah bangun dan melaksanakan shalat subuh di kamar masing masing, ada pula yang masih tidur pulas sehingga absen solatnya, ada pula yang menyalakan televisi kabel untuk menonton acara televisi pagi sambil menunggu hidangan sarapan pagi..

07.00 WIB, breakfast and check out..
Kami satu home stay menikmati sarapan yang sudah dihidangkan, yakni nasi goreng spesial telur mata sapi dengan yang istimewanya lagi, tempe goreng asli kedelai Dieng dan rempeyek.. Kebetulan itu menu favourite saya, sehingga dengan senang hati saya menyantapnya sambil bersama dengan rekan rekan yang lainnya menonton televisi di ruang depan, walaupun di kamar saya pun ada televisi tapi saya lebih memilih untuk menonton tv beramai ramai di luar kamar..
Setelah selesai sarapan dan bersih diri di kamar mandi (kamar mandi dalam kamar), kami pun segera mengemasi barang barang bawaan dan pergi ke depan pelataran pinggir jalan utama Dieng wetan, kami segera memasuki bus kecil masing masing dan mulai berjalan menuju kabupaten Wonosobo, waktu yang diperlukan dari penginapan di Dieng ke wonosobo sekitar 45 menit.
Sambil berjalan, saya kembali memilih tempat di depan, sebelah sopir, muat 2 orang, jadi kami berdua duduk di depan dekat sopir. Pemandangan jalanan dari Dieng ke wonosobo sangatlah indah, berjejeran sawah sawah dan hutan hutan membuat keindahan alam Dieng sudah tidak diragukan lagi. Mungkin pemandangan seperti ini tidak akan anda dapatkan di kota kota besar seperti Jakarta.

09.31 WIB, transit ke bus berbadan besar..
Hingga akhirnya kami tiba di salah satu SPBU Pasti Pas di kabupaten wonosobo, seluruh penumpang rombongan pada akhirnya di transfer ke dalam bus besar yang ber AC dan memiliki fasilitas terbaik, beberapa yang lainnya ada yang menyempatkan diri untuk pergi ke kamar kecil dan membeli makanan ringan sebagai bekal untuk di jalan.
Butuh waktu setidaknya 30 menit untuk memindahkan penumpang dari bus kecil ke 5 bus besar, dan akhirnya rombongan kami pun berangkat menuju candi borobudur di Magelang, jawa tengah..
Rute perjalanan rombongan kami dari Wonosobo ialah melalui jalan raya temanggung-magelang, perjalanan kami Alhamdullilah lancar, dikarenakan dibantu pengawalan oleh teman teman dari kepolisian lalu lintas (korlantas) yang berada di paling depan, sehingga lampu merah pun diterobos dan hampir seringkali nyaris menabrak angkutan kota dan pejalan kaki, beruntung tidak sampai kejadian. 
Dengan waktu yang cukup lama, yakni 3 jam 40 menit pembina rombongan memutuskan untuk menyetelkan DVD film layar lebar dan juga lagu lagu hits pop di layar monitor bus sesuai dengan request dari beberapa penumpang, saya tidak demikian, namun berusaha "mengfahal" jalan, dan ternyata saya baru kepikiran bahwa pernah beberapa tahun lalu saya dengan mobil sewaan dan didampingi sopir yang handal, dari Yogyakarta ke Borobudur tidak lewat jalan utama, melainkan lewat jalan tikus, jalan kampung karena sang sopir yang sudah hafal jalan, kalau tidak salah waktu itu saya menginap di penginapan di JL Prawirotaman, Yogyakarta. 
Saya pun mengamati gang gang yang sebenarnya bisa dilalui untuk mencapai Borobudur dengan waktu yang jauh lebih cepat karena saya pernah naik mobil sewaan lewat sana, namun mungkin awak bus yang tidak begitu mengerti jalan memutuskan untuk melewati jalan jalan utama di kota saja, atau mungkin karena bodi bus yang tidak muat...
Setelah perjalanan yang cukup panjang, akhirnya kami tiba di restoran yang berada di jalan menuju wisata candi borobudur, selangkah dari candi mendut. yakni resto orang utan yang memang di desain untuk melayani rombongan rombongan dengan bus bus besar. Tipenya saja stage resto yang ialah berbentuk aula besar dengan panggung di depannya, ada mushalla di atas (lt 2), sehingga saya pun setelah makan siang menyempatkan untuk shalat dzuhur dan ashar di jama qasar, karena saya yakin akan melakukan perjalanan yang cukup panjang ketika ke borobudur hingga bertolak ke Yogyakarta. 

(BERSAMBUNG, Next: Borobudur, the history of java..)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar