Selasa, 09 Desember 2014

Nice trip to the nice places (the point of java edition, part 2)

DATARAN TINGGI DIENG, SURGANYA ORANG JAWA (Dieng, the heaven of java's people)

Kenapa disebut the heaven of java's people, karena pemandangan di dataran tinggi Dieng bener bener nggak diragukan lagi keindahan alamnya, pemandangannya bener bener enak untuk manjain mata dan udaranya juga bener bener sejuk, bikin suasana jadi enak.. Jika dibandingkan dengan puncak pass di bogor, jawa barat pastinya Dieng adalah tempat yang lebih enak untuk dijadikan lokasi objek wisata dan rekreasi yang pas untuk keluarga maupun backpacker..

Untuk masalah tempat menginap, antum antum sekalian tidak usah mikir ribet ribet, karena banyak sekali rumah rumah penduduk di Dieng yang dijadikan rumah singgah, penginapan atau home stay, pelayanannya juga nggak kalah dengan hotel hotel di kota, dan yang pasti akan menyuguhkan suasana seperti di rumah antum sendiri.. Bayangkan saja, di beberapa home stay yang ada di Dieng (khususnya Dieng wetan, karena ane sama rombongan lebih fokus untuk travel ke Dieng wetan) menyediakan hingga 5 kamar tidur dengan kamar mandi di dalam serta televisi dan air panas, urusan konsumsi..? jangan khawatir, karena sudah ada pengurus yang akan menyiapkan sarapan, makan siang dan makan malam selama anda menginap di sana,menunya pun khas seperti di rumah sendiri, jadi tidak perlu repot repot memikirkan bagaimana cara agar dapat memperoleh makanan yang higienis.. 

6 Desember 2014, transit bus di Wonosobo, jawa tengah.
Hingga pada akhirnya rombongan bus kami dari Jakarta pun sampai di Kabupaten Wonosobo, provinsi jawa tengah. Bus kami pun memasuki area parkir alun alun wonosobo, tujuannya adalah memindahkan seluruh anggota penumpang rombongan bus besar menuju ke bus kecil yang sudah disiapkan (kira kira seukuran metro mini dan kopaja AC), dikarenakan bus besar tidak memungkinkan untuk naik ke dataran tinggi Dieng. 
(gambar atas: armada bus pariwisata tiba di Wonosobo)

Butuh sekiranya 30 menit untuk memindahkan seluruh rombongan ke bus kecil yang telah disediakan, setelah itu rombongan kami berangkat menuju kawasan Dieng, butuh sekiranya 45 menit untuk naik ke atas, dikarenakan banyaknya rombongan bus kecil.

09.00 WIB, tiba di the heaven of java's people.
Kami pun sampai di depan masjid terbesar di Dieng wetan, atau mungkin satu satunya di Dieng wetan, yakni tempat diparkirkannya bus bus kecil dan tempat para rombongan mendapat pengarahan dari personil pembina rombongan. Kami pun akhirnya dibagikan lokasi lokasi tempat menginap selama semalam disana, yakni home stay yang merupakan rumah penduduk yang disewakan untuk bisnis yang sangat menguntungkan dengan modal sedikit. Setelah berkemas dan meletakan tas di kamar masing masing (terdapat kamar mandi dalam kamar, air panas dan juga televisi kabel, hebat kann...?) kami pun mendapat suguhan sarapan pagi, meskipun terkesan apa adanya, namun suguhan kali in mengingatkan ane dengan hidangan rumahan, asli rumahan. Setelah itu pun kami berwisata dengan berpetualang mengitari kawasan sekitar Dieng wetan, sambil berinteraksi dengan beberapa penduduk asli di Dieng.
Ane bersama dengan beberapa rekan yang lainnya menyempatkan diri untuk mengunjungi salah seorang sesepuh bin sepuh dieng, yakni orang tertua dan yang paling di hormati oleh masyarakat di sana, mungkin karena kesaktiannya yang konon dapat menyembuhkan orang yang sudah meninggal, dan juga ia merupakan anak berambut gimbal pertama di Dieng, ia juga yang mewariskan rambut gimbal kepada cucu cucunya sehingga kini anak rambut gimbal ialah anak asli kawasan Dieng, dan menjadi ciri khas di Dieng.. Konon rambut tersebut bukan sembarangan, melainkan simbol kesaktian dan keilmuan tenaga dalam.
Seorang turis guide mendampingi kami ke kediaman sang bin sepuh, kami memanggilnya si mbah, sempat kami berbincang bincang dengannya, serta ada beberapa rekan ane yang menanyakan mengenai asal usul rambut gimbal. Katanya, kalau rambut gimbal yang ada pada seorang anak mau di potong harus menjalani beberapa ritual yang sudah disyaratkan oleh si anak, jika tidak maka seluruh Dieng penduduknya akan mengalami kutukan. Persis sekali seperti yang ada di dongeng dongeng, dan yang pasti mengingatkan ane mengenai film layar lebar yang tayang tahun 80'an, judulnya 7 manusia harimau yang diperankan oleh aktor terkenal, El Manik.

16.31 WIB
Menyusuri oase di atas pegunungan.
Setelah bersiap siap, rombongan kami segera melakukan sight seeing menuju objek wisata yang sangat terkenal di Dieng, yakni telaga warna. Tidak tau kenapa disebut demikian, mungkin ada sejarahnya.. 
Masih menggunakan bus mini, kali ini yang tadinya ane duduk di depan (sebelah sopir, muat 2 orang), kini ane berdiri di belakang dengan 2 orang lainnya yang gak dapet duduk karena kursi penuh, dan juga ane telat keluar dari home stay karena bingung matikan air panas.. 
Dengan berdiri kayak gitu, jadi ngingetin ane ketika sering berdiri di atas bus patas AC gara gara gak kedapetan korsi, maklum pas jam berangkat dan pulang kantor kalo nyegat dari halte atau depan gang rumah ane suka penuh.. 
Untung gak butuh waktu lama, hanya 20 menit sampai dari kompleks home stay depan masjid gede Dieng ke telaga warna, kami pun turun dan menyempatkan diri untuk menjelajahi dan berkeliling di sekitaran telaga warna yang terkenal sebagai oase di atap jawa.
Dari penglihatan ane, sudah jelas persis kayak di film film romantis percintaan holiwud, ternyata ada yang kayak gini dan adanya pun di Indonesia, ane mesti bangga jadi orang indo.. 

Tidak hanya keindahan alamnya saja yang membuat menarik dan memanjakan mata, di tempat ini pun terdapat para musisi amatir yang sedang menghibur para pengunjung dengan tujuan mendapat uang receh, siapa lagi kalau bukan pengamen, ternyata di tempat setinggi dan sedingin ini ada juga pengamen yang menghibur, ane pikir cuma di halte bis sama terminal doang..

Setelah selesai memanjakan mata dan berfoto foto, ane dengan rombongan pun segera bertolak menuju ke objek wisata berikutnya yang tidak kalah menarik dengan telaga warna, yakni Candi Arjuna, yang terkenal di kawasan Dieng ini. Tidak kalah dengan candi prambanan, wisatawan banyak yang datang berkunjung ke objek wisata ini, bersama keluarga maupun rombongan kayak ane.. 

Candi arjuna ini terdiri dari beberapa candi lainnya, meskipun tidak sebesar candi prambanan, namun kisah sejarahnya tidak kalah menarik, dan yang lebih mengesankan lagi lokasi tersebut terkadang dijadikan objek foto pre wedding bagi pasangan yang akan menikah, mungkin karena keeksotisannya..
Sayang seribu sayang, karena camera galaxy ane abis batre, jadi gak sempat foto, dan ane menggunakan camera blackberry bold untuk motret, lumayan sih cuman belum sempat buat mindahin ke dokumen buat dimasukin ke blog ini..

Setelah itu pun, segera kami kembali ke home stay karena hari sudah mau malam, beberapa rombongan menyempatkan diri untuk membeli kentang goreng yang disajikan di warung kios kecil di parkiran candi arjuna, sekilas ane tidak begitu tertarik buat membeli, karena kayaknya sama aja kayak kentang goreng biasa yang bisa didapatkan di Jakarta, namun ternyata yang membuat kentang tersebut menjadi ciri khas dan banyak orang tertarik untuk membeli adalah kentang tersebut merupakan  produk asli Dieng, yakni produk hasil daritanaman kentang yang terkenal di Dieng yang ditanam dan dijual sekaligus oleh si petani kentang tersebut.. Jadi salah satu konsumsi terkenal di wilayah Dieng ialah kentang goreng produksi para petani kentang.

18.00 WIB
Udara dingin, membuat kami para rombongan memutuskan untuk hanya berada di home stay saja, kami menggunakan waktu malam tersebut untuk bercengkrama dengan rombongan lainnya yang ada di home stay kami, (satu home stay bisa 15 orang karena sekamar 3 orang)..
Kami juga bisa menyajikan kopi dan teh untuk kami sendiri, dan juga cemilan.. Kami menikmati tayangan TV kabel yang ada di rumah tersebut, dengan beramai ramai tersebut membuat minuman kopi dan tayangan TV menjadi lebih seru dan menyenangkan.. 
(BERSAMBUNG KE PART 3...)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar